Telset.id, Jakarta – Telkomsel menjadi operator seluler pertama yang akan mengelar 5G secara komersial di Indonesia di frekuensi 2.3 GHz. Tapi jangan senang dulu, karena kecepatan 5G di Indonesia masih belum bisa dipacu secara optimal seperti yang dibayangkan. Kenapa?
Seperti diketahui, Telkomsel dan juga operator seluler lainnya di Indonesia akan menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz untuk menggelar layanan 5G secara komersial di Indonesia.
{Baca juga: Sah! Telkomsel Jadi Operator Pertama Gelar 5G di Indonesia}
Meski kehadiran teknologi 5G akan disambut gegap gempita oleh para tech enthusiast Indonesia, namun nyatanya kecepatan teknologi internet generasi kelima di frekuensi 2.3 GHz itu masih belum bisa optimal, alias belum bisa sekencang yang dibayangkan.
Dalam konferensi pers saat menyerahkan SKLO 5G kepada Telkomsel, Menkominfo Johnny G, Plate mengakui bahwa untuk bisa memastikan penggelaran 5G yang optimal, Indonesia membutuhkan alokasi spektrum frekuensi setidaknya di tiga layer, yaitu low band, middle band, dan high band.
Menurut Menteri Johnny, lapisan low band, meliputi pita-pita frekuensi di bawah 1 Giga Hertz, yang cocok digunakan untuk melakukan pemerataan jaringan di wilayah rural dan peningkatan kualitas jaringan indoor di wilayah urban.
Sementara lapisan middle band akan meliputi pita-pita frekuensi dalam rentang 1-6 Giga Hertz, yang sesuai untuk keperluan peningkatan kualitas transfer data mobile broadband.
“Lapisan High Band yang juga dikenal sebagai Super Data Layer atau milimeter Wave Band, meliputi pita frekuensi tinggi di atas 6 Giga Hertz, yang digunakan untuk mendukung otomatisasi sektor industri dan memperkuat penetrasi fixed broadband,” jelas Menkominfo.
{Baca juga: Telkomsel Siap Luncurkan Layanan 5G Komersial 27 Mei 2021}
5G di Indonesia Belum Optimal
Harapan tinggi para tech enthusiast di Indonesia yang ingin bisa segera merasakan layanan Internet supercepat 5G secara maksimal mungkin masih harus “ditunda” dulu.
Menurut informasi yang diberikan sumber Telset, bahwa pada saat layanan 5G akan diimplementasikan di Indonesia, kemungkinan kecepatannya belum bisa maksimal seperti yang diharapkan.
Dia mengatakan kecepatan 5G yang akan diluncurkan Telkomsel dan semua operator seluler di Indonesia, kemungkinan tidak akan seheboh apa yang telah digembar-gemborkan selama ini.
“Mungkin kecepatannya masih belum bisa maksimal, karena bandwidth frekuensi yang diberikan oleh pemerintah masih tidak sesuai,” ujarnya.
Dia menjelaskan, untuk bisa mendapat kecepatan maksimal di 5G, dibutuhkan bandwidth dengan rentang 100 Mhz total, tanpa putus. Sedangkan untuk rentang seperti itu, tidak akan bisa didapat di 2.3 GHz.
“Idealnya sih operator harus pakai frekuensi 2.6 GHz yang sekarang dipakai grup MNC, atau 3.5 GHz yang saat ini digunakan satelit Telkom,” ungkapnya.
{Baca juga: Selain Lebih Kencang, Kenali Kelebihan 5G Dibanding Jaringan 4G}
Pendapat senada diungkapkan Gadget Enthusiast, Lucky Sebastian, yang melihat frekuensi 2.3 GHz yang dipilih operator di Indonesia sepertinya bukan pilihan utama, tetapi agak terpaksa, karena frekuensi hasil lelang ini yang masih kosong, walaupun secara spektrum belum optimal untuk 5G yang biasanya butuh lebar 80-100 MHz.
“Saat 5G di frekuensi 2.3GHz digelar di Indonesia, kita tidak bisa muluk-muluk dulu berharap mendapat kecepatan yang optimal, bahkan mungkin tidak akan terlalu jauh dengan kecepatan jaringan 4G,” kata Lucky kepada Telset.id, Senin (24/5/2021).
Lucky menjelaskan bahwa jaringan 5G rata-rata memiliki tiga band utama, yakni Low, Mid, dan High band. Sementara 5G sendiri dibagi dua penggolongan besar Sub-6 dan mmWave.
“Sub-6 berarti frekuensi 5G di bawah 6 GHz, sementara mmWave ini 5G dengan frekuensi tinggi 24 GHz sampai 40 GHz,” jelas Founder Gadtorade ID itu.
Lucky menyebutkan bahwa kebanyakan negara akan mulai 5G nya dengan Sub-6, dan biasanya mulai dengan Mid band yang frekuensinya ada di 1 GHz hingga 6 GHz. Sementara di bawah 1 GHz disebut Low Band.
“Makin rendah frekuensi, makin jauh jangkauan antenna 5G-nya, tetapi kecepatannya juga semakin kecil,” ujarnya.
Biasanya 5G dengan Low Band ini digunakan di daerah-daerah rural atau pedesaan yang tidak padat dan penduduknya agak berjauhan, sehingga bisa di-cover areanya oleh 5G, walau kecepatannya tidak tinggi, lebih mirip 4G, di 20-250 Mbps.
Untuk Mid Band, GSMA menyarankan pilihan frekuensi diantara 3,3 GHz – 3,8 GHz sebagai pilihan paling menarik. Saat ini frekuensi seperti 3,5 GHz menjadi pilihan paling banyak di negara-negara yang menggelar 5G.
{Baca juga: Telkomsel dan Smartfren Menang Lelang Jaringan 5G}
Menurut Lucky, memang yang agak membingungkan karena pemerintah sendiri, dalam hal ini Kominfo, belum terdengar memutuskan Indonesia akan memakai frekuensi berapa untuk 5G pastinya.
“Kemungkinan bisa jadi nanti Telkomsel akan menambah frekuensi Mid 5G nya, selain frekuensi 2.3 GHz, untuk memperbesar bandwidth, juga ketika selesai pemindahan TV analog ke digital, akan menggunakan frekuensi 700 MHz untuk Low band nya,” ujarnya.
Meski kecepatan 5G di Indonesia masih belum bisa optimal, namun menurut Lucky setidaknya pilihan 2.3 GHz ini bisa mempercepat implementasi 5G di Indonesia yang sudah dinanti-nanti.
“Kalau memilih frekuensi di 3.5 GHz akan butuh pemindahan yang butuh waktu, karena frekuensi tersebut sudah digunakan untuk layanan satelit,” tutup Lucky. [HBS]