Indosat Disarankan Mundur kalau Tak Mampu Bersaing

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Indosat disarankan lebih baik mundur dari kompetisi jika merasa tidak mampu bersaing di luar Pulau Jawa, daripada memprovokasi operator lain untuk “memerangi” Telkomsel.

Penegasan itu disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Telekomunikasi (Apnatel), Triana Mulyatsa, yang menanggapi aksi Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli, yang menyerukan ajakan operator lain, yakni XL Axiata, Tri Hutchinson dan Smartfren untuk “memerangi” Telkomsel.

Triana menyatakan ajakan memerangi Telkomsel yang disampaikan Alexander Rusli itu sangat tidak etis. Alex dianggap tidak pantas mengeluarkan pernyataan seperti itu, karena dia sebagai CEO Indosat dan juga masih menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).

[Baca juga: Pengamat: Kalah Bersaing, Indosat kok Teriak Monopoli]

“Sebagai seorang CEO di perusahaan besar seperti Indosat dan juga Ketua ATSI, pernyataan Alex (Rusli) itu sangat provokatif, tidak etis dan melawan adat ketimuran. Dia tidak sepatutnya memprovokasi operator selular lainnya untuk bersama-sama “mengeroyok” Telkomsel,” kata Triana dalam keterangan persnya.

Dia menyarankan, jika Indosat sudah merasa kalah bersaing dan tidak mampu lagi menghadapi kompetisi di luar Pulau Jawa sesuai lisensi nasional yang dimilikinya, sebaiknya mundur saja jangan memprovokasi pihak lain untuk menekan operator lain yang menurutnya tumbuh sangat baik.

“Kita melihat dan merasakan, bahwa Telkomsel secara konsisten sejak berdiri sudah melakukan investasi besar-besaran untuk menambah coverage, peningkatan kualitas, memperbanyak kemudahan kepada pelanggannya dengan selalu update teknologi, sehingga kinerja keuangannya tumbuh pesat seperti saat ini,” ujarnya.

[Baca juga: Dituding Monopoli, Telkomsel: Cuma Kami yang Mau ke Pelosok]

Diingatkannya, pertumbuhan yang dijalankan Telkomsel disetorkan kepada negara melalui induknya yaitu Telkom sebagai BUMN yang saat ini sebagian besar sahamnya masih dimiliki pemerintah.

Telkomsel sendiri diketahui setiap tahun menyumbang pajak ke negara lebih dari Rp 20 triliun. Sementara berbeda dengan Indosat yang pemegang saham mayoritasnya  pihak asing, tentunya keuntungan yang diraup Indosat akan mengalir ke negara lain.

“Jika Telkomsel disetop dan Indosat menjadi besar, rakyat negara mana yang akan menikmati? Mari kita melihat semua ini dengan jernih dan fokus saja melayani pelanggan serta mengabdi bagi negeri,” tegasnya.

[Baca juga: Daripada Bikin Isu Monopoli Lebih Baik Perluas Layanan]

Sementara itu, dalam analisa harian yang dibuat Mandiri Sekuritas meyakini bahwa dominasi Telkomsel pada pangsa pasar di luar Jawa tidak datang dalam semalam, karena merupakan hasil dari investasi panjang dalam pembangunan infrastruktur jaringan, sementara operator lain hanya fokus di Jawa.

“Kurangnya komitmen dalam membangun infrastruktur jaringan oleh operator lain telah menyebabkan layanan jaringan yang buruk, sehingga sulit bagi mereka untuk bersaing dengan Telkomsel. Perhatikan bahwa Telkomsel memiliki sekitar 110 ribu BTS dibandingkan  59 ribu  dari XL dan 53 ribu dari Indosat,” tulis analisa Mandiri Sekuritas.

Sebelumnya, Alexander Rusli membuat pernyataan kontroversial, yang mengajak para petinggi operator untuk ikut memerangi Telkomsel, karena dianggap terlalu mendominasi dan memonopoli pasar seluler di luar Jawa.

Orang nomor satu di Indosat itu juga mengatakan bahwa barrier interkoneksi sebaiknya dihilangkan dan operator diijinkan untuk berbagi jaringan aktif agar efisien.

[Baca juga: Indosat Tuding Ada Praktek Monopoli di Luar Jawa]

“Saya minta kepada bos operator lainnya untuk ikut bersuara, jangan cuma berani ngomporin di belakang saja. Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Ayo kita fight habis-habisan untuk kepentingan pelanggan,” ujar Alex. [HBS]

 

 

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI