Telset.id, Jakarta – Isu politik di Indonesia saat ini tengah hangat-hangatnya menjadi topik pembicaraan. Meski begitu, menurut hasil survey yang dilakukan aplikasi media sosial berbasis lokasi, Yogrt, hanya sembilan persen generasi milenial akar rumput di Indonesia yang memiliki ketertarikan terhadap isu politik. Paling banyak membahas soal musik.
Survey bertajuk “Studi Yogrt 2017: Milenial Akar Rumput Indonesia” ini digagas untuk memahami karakter psikografis dan minat generasi milenial. Survey ini melibatkan sekitar 5.000 responden,
Menurut Roby Muhamad Ph.D, sosiolog bidang jejaring sosial, dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sekaligus co-founder Yogrt, studi Yogrt menemukan fakta bahwa hanya 7% generasi milenial akar rumput Indonesia yang tertarik topik literatur atau buku. Ini sejalan dengan perhatian yang rendah terhadap isu politik.
Sebaliknya, hiburan menjadi bahasan yang paling digemari, dengan rincian topik mengenai musik yang paling diminati mencapai 45%, dan disusul membahas topik film yang mencapai 30%. Yang menarik, subjek agama ternyata cukup mendapat animo milenial akar rumput Indonesia, yakni sebesar 28%.
“Meski demikian, perlu digarisbawahi, minat terhadap agama tampaknya bukan akibat dorongan ideologis, tetapi lebih karena keinginan bersosialisasi. Ini terlihat dari nilai ideologis konservatif yang berada di bawah nilai kekeluargaan atau kebersamaan,” ujar Roby di Cafe The Hook Jakarta, Kamis (2/11/2017).
Lebih lanjut Roby menjelaskan, bahwa jika berbicara aktivitas digital kalangan milenial akar rumput Indonesia lebih dominan memanfaatkan internet sebagai sarana berinteraksi sosial.
Presentase aktif di media sosial dan chatting sama-sama paling tinggi sebanyak 67%, diikuti mencari informasi/browsing (47%), serta hiburan (41% mendengarkan musik, dan 30% menonton film).
Sayangnya, kegiatan berbelanja online dan bertransaksi perbankan via internet (mobile banking) masih rendah, yakni masing-masing hanya 15% dan 8%.
Keunikan milenial akar rumput Indonesia tadi semakin kokoh memposisikan Yogrt sebagai platform media sosial yang jitu. Sebab, mereka membutuhkan sarana yang berbeda dari buatan luar negeri – yang diciptakan dan dikembangkan dengan mempertimbangkan karakter psikografis para target pengguna.
“Teknologi yang diterapkan di dalam aplikasi Yogrt sejalan dengan nilai dasar utama milenial akar rumput Indonesia, yakni kebersamaan,” klaimnya.
Menurutnya Roby, Yogrt memungkinkan adanya kemudahan dalam menemukan teman baru dan membangun komunitas, dan lebih mengedepankan kesetaraan di antara penggunanya (egaliter) – bukan berlandas popularitas sehingga menghindarkan elitisme.
“Kami percaya dengan mengenali karakter milenial akar rumput Indonesia, kita bisa merumuskan pendekatan yang sesuai sehingga membuka potensi mereka untuk ikut memberikan kontribusi positif bagi Indonesia,” pungkas Roby. (MS/HBS)