Telset.id, Jakarta – Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini menjelaskan kalau pengembangan 5G di Indonesia harus dibarengi oleh pemberian insentif dari pemerintah kepada operator.
Dalam acara temu media di XL Axiata Tower pada Senin (09/10/2023), Dian mengakui kalau pengembangan jaringan 5G cenderung lebih mahal dibandingkan dengan jaringan 4G atau 3G. Bahkan Dian memprediksi kalau adopsi 5G cenderung lambat yakni 30% di tahun 2027 mendatang.
“Sebetulnya begini 5G itu satu teknologi yang memerlukan bandwidth spektrum yang lebar banget. Bayangkan untuk 5G yang betul 5G itu at least 50 Mhz. Kalau untuk spektrum 5G masih seperti sekarang seperti yang diberlakukan pemerintah untuk 4G dan 3G itu masih mahal banget nah kalo formulanya masih sama itu mungkin business case gak bakal positif,” kata Dian.
Dian menganalogikan dengan lelang spektrum 2,1 Ghz dan 5 Mhz yang dilakukan beberapa tahu lalu, dengan nilai lelang hingga Rp 600 miliar. Apabila nilai harga serupa diterapkan untuk lelang jaringan 50 Mhz, maka harga atau investasinya diprediksi sangat mahal.
BACA JUGA:
- XL Gandeng CIMB Niaga untuk Perkuat Digitalisasi Perbankan
- Sinyal 4G XL Axiata Kini Tersedia di Sepanjang Jalur MRT
“Kalau dihitungnya sama maka harganya mau berapa. Jadi memang yang kita inginkan struktur harga spektrum lebih kondusif untuk operator,” sambung Dian.
Selain itu harga perangkat smartphone 5G masih lambat, sehingga kalau operator seperti XL Axiata melakukan investasi 5G dengan nilai tinggi di tengah penetrasi HP 5G yang rendah maka dikhawatirkan bisa berdampak pada bisnis telekomunikasi.
“Teknologi 5G ini adopsinya gak langsung tinggi jadi apa namanya HP 5G masih mahal. Kita melihat masih dibawah 5% penetrasi 5G HP kalau dari awal kita disuruh bayar spektrum semua kan jadi business case gak positif,” ungkap Dian.
Oleh karenanya XL Axiata menyarankan perlu adanya insentif dari pemerintah terkait pengembangan 5G ini. Bentuknya seperti sistem pembayaran atau fee dengan cara dicicil, seiring dengan pertumbuhan jaringan 5G.
“Kita mau insentif 5G itu bisa diberikan secara bertahap atau fee itu bisa dicicil. Misalnya kalau didapet 500 Mhz gak dibayar semua, tetapi bisa pay as you growth jadi makin banyak utilisasi spektrum meningkat,” tutur Dian.
BACA JUGA:
- Axiata dan Sinar Mas Bahas Potensi Merger XL-Smartfren
- ATSI Dorong Skema Insentif untuk Menjaga Bisnis Telekomunikasi
Menurut Dian perlu ada formula bisnis yang berbeda terkait jaringan 5G, karena investasi 5G yang cukup tinggi. Dengan begitu jaringan 5G di Indonesia bisa tumbuh dengan baik dan merata.
“Jadi yang kita inginkan bahwa spektrum 5G itu bisa diberikan oleh pemerintah dengan formula yang berbeda demi bisnis yang lebih positif,” tutup Dian.