Telset.id, Jakarta – Setelah ditunggu-tunggu awak media, bos Telkomsel akhirnya angkat bicara soal “serangan” Indosat terkait tudingan monopoli pada Telkomsel, karena dianggap terlalu dominan di luar Pulau Jawa.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah mengatakan sebenarnya enggan menanggapi provokasi President Director & CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli yang menuding Telkomsel melakukan monopoli, karena saat ini sedang masa bulan puasa.
“Saya sebenarnya tidak mau terpancing dengan provokasi, karena lagi puasa. Tapi biar isu ini tidak melenceng kemana-mana, jadi saya akan meluruskan soal tudingan monopoli,” kata Ririek Adriansyah saat bertemu awak media di acara buka puasa bersama di Telkomsel Smart Office Jakarta, Senin (27/6/2016).
[Baca juga: Indosat Tuding Ada Praktek Monopoli di Luar Jawa]
Menurut Ririek, dalam menjalankan bisnisnya, Telkosel sama sekali tidak melakukan praktek monopoli, karena semua sudah ada regulasinya dan semua operator dari awal mendapat lisensi nasional yang sama.
“Kami tidak memonopoli pasar, karena berjalan sesuai aturan. Dan yang harus diingat, semua operator sama-sama mendapat lisensi nasional, kalau sekarang kami menjadi lebih besar, itu karena kerja keras dan lewat perjuangan yang panjang membangun jaringan,” jelas Ririek.
Orang nomor satu di Telkomsel ini juga menegaskan bahwa tidak benar kalau Telkomsel disebut sangat dominan di luar Jawa, karena sebenarnya ada beberapa area yang layanan Telkomsel tidak dominan.
“Tidak semua area Telkomsel dominan. Bahkan ada area yang penguasaannya tidak mencapai 50%. Itu bukan hanya di daerah luar Jawa, tapi ada juga kota besar yang tidak dikuasai Telkomsel,” terangnya.
Dia malah balik mempertanyakan kenapa operator lain rebut-ribut soal penguasaan Telkomsel di luar Jawa, sementara mereka enggan membangun jaringan di area yang “kering” (tidak menguntungkan) di luar Jawa.
[Baca juga: Dituding Monopoli, Telkomsel: Cuma Kami yang Mau ke Pelosok]
“Kami bisa dominan di beberapa wilayah (di luar Jawa) karena di sana tidak ada operator lain. Jadi jangan bilang kami memonopoli pasar, tapi memang Telkomsel yang mau kerja keras membangun jaringan ke seluruh wilayah,” tegas Ririek.
Ia mengungkapkan, bahwa Telkomsel dalam 4-5 tahun terakhir sangat agresif dalam membangun jaringan ke semua wilayah di Indonesia, dengan rata-rata sekitar 13-15 ribu base transceiver station (BTS) setiap tahunnya. Itu artinya, pertumbuhan BTS Telkomsel sekitar 22% setiap tahun.
[Baca juga: Daripada Bikin Isu Monopoli, Lebih Baik Perluas Layanan]
Saat ini Telkomsel telah membangun 116 ribu BTS dan telah melayani 95% populasi penduduk Indonesia, dimana total jumlah pelanggan hingga saat ini mencapai 156 juta pengguna.
Tidak selalu untung
Ririek juga mengingatkan bahwa Telkomsel tidak melulu memikirkan dapat meraup untung saat membangun jaringan ke daerah-daerah di Indonesia. Ada tiga strategi yang dijalankan Telkomsel dalam membangun infrastruktur BTS di daerah.
“Yang Pertama, kami akan melihat kalau berdasarkan perhitungan bisnis daerah itu memang menguntungkan, maka pasti kami akan bangun BTS,” ujar Ririek.
[Baca juga: Pengamat: Kalah Bersaing, Indosat kok Teriak Monopoli]
Lalu yang kedua disebut ‘BTS Merah Putih’, yakni membangun jaringan tapi tidak bisa langsung menguntungkan, malah hitung-hitungannya rugi. Tapi dengan membangun jaringan akan menumbuhkan ekonomi, sehingga suatu saat bisa menguntungkan karena konsumennya sudah banyak.
Dan ketiga adalah yang biasa dikenal sebagai Universal Service Obligation (USO). Pembangunan jaringan dalam proyek USO ini tidak akan pernah menghasilkan keuntungan, karena BTS yang dibangun berada di daerah-daerah pelosok, perbatasan, pulau terpencil, yang penggunanya sangat sedikit dan tidak pernah nambah.
“Di proyek USO ini bisa dibilang 100% hanya Telkomsel, tidak ada operator lain yang mau ikut. Tapi proyek ini harus dijalankan, karena mereka yang tinggal di pelosok itu kan saudara kita juga. Bisa dibayangkan gak, mereka udah beli ponsel, jualan pulsa, tapi gak ada sinyal, kan kasihan mereka,” tuturnya.
[Baca juga: Indosat Disarankan Mundur kalau Tak Mampu Bersaing]
Ia mengakui, sebenarnya USO menjadi beban operasional Telkomsel, karena pencairan dana USO seret alias tidak lancar, bahkan ada moratorium. Tapi Ririek memastikan pembangunan BTS USO di beberapa daerah tidak akan dihentikan, walaupun dananya tidak ada atau pencairan dananya lambat. [HBS]