Telset.id, Jakarta – Pemerintah Kota Birmingham, Inggris tengah meninjau ulang model bisnis layanan ride sharing, Uber. Hal tersebut dilakukan sebelum mereka memutuskan apakah akan memperbarui lisensi layanan tersebut atau tidak.
Sembari meninjau ulang, pemerintah Birmingham pun memberikan kompensasi bagi Uber berupa perpanjangan izin sementara untuk tetap bisa beroperasi di Kota itu, setelah izinya berakhir bulan lalu.
“Petugas di tim perizinan kami telah memperpanjang sementara lisensi perusahaan swasta Uber di Birmingham, sambil mencari kejelasan dari Uber seputar model operasinya,” kata Direktur Regulasi dan Penegakan Hukum Birmingham, Chris Neville, seperti dikutip dari Channelnewsasia, Jumat (16/03/2018).
[ Baca Juga : Grab Lanjutkan Negosiasi Akuisisi Uber Asia Tenggara ]
Uber sendiri telah membuat serangkaian perubahan pada model bisnisnya dalam beberapa bulan terakhir demi memenuhi permintaan para regulator. Misalnya saja seperti memperkenalkan layanan customer service berbasis telepon sepanjang waktu dan juga menjamin untuk selalu memberikan laporan proaktif ketika adanya insiden serius kepada kepolisian London.
Selain menunggu keputusan dari pemerintah Birmingham apakah izinnya kembali diperpanjang atau tidak, Uber juga sedang berjuang untuk mempertahankan bisnis ride sharing-nya di jalanan London. Itu karena perusahaan yang dipimpin Dara Khosrowshahi ini dianggap tak layak untuk menjalankan bisnis layanan taksi di wilayah ibukota Inggris tersebut.
[Baca Juga: Uber dan Toyota Kerjasama Kembangkan Minivan Otonom]
Tak cuma Birmingham dan London saja, Uber pun kesulitan untuk mendapatkan perpanjangan izin operasi di wilayah Edinburgh, Skotlandia. Pemerintah setempat dikabarkan menunda perpanjangan lisensi operasional Uber yang akan berakhir minggu depan.
Sebelumnya, layanan ride sharing lainnya yang juga beroperasi di Indonesia yakni Grab dikabarkan sedang melakukan negosiasi lanjutan untuk membeli Uber. Seperti diketahui, Uber sudah “menyerah” bersaing di Asia Tenggara, mengingat kerugian yang diderita setiap tahun terus meningkat.
Selama beroperasi di Asia Tenggara, Uber telah menggelontorkan dana miliaran dollar Amerika. Namun, dana yang digelontorkan untuk insentif para driver serta diskon bagi para pelanggan tersebut tak sebanding dengan pemasukan yang didapatkan.
“Grab punya bisnis begitu besar di Asia Tenggara. Mereka sangat paham bahwa pasar di kawasan itu cukup potensial. Mereka terus mengembangkan sayap. Lain hal, Uber hanya sukses di wilayah Eropa dan AS,” kata Xiaofeng Wang, analis dari konsultan Forrester. (WS/FHP)