Telset.id, Jakarta – Tak dapat dipungkiri jika Android merupakan sistem operasi yang paling banyak dipakai pengguna ponsel di seluruh dunia. Kepopuleran Android karena sistem operasi besutan Google ini lebih ‘terbuka’ jika dibandingkan sistem operasi lainnya, seperti iOS atau Windows Phone. Lantas, benarkah anggapan Android lebih mudah terinfeksi malware?
Sistem operasi yang lebih terbuka ini memiliki konsekuensi negatif. Salah satunya adalah keamanan yang tidak terstandarisasi, karena jadwal pembaharuan yang berbeda dari satu vendor dengan vendor lainnya.
Tentunya, jika sebuah vendor memiliki waktu pembaharuan yang bisa dibilang sangat jauh dengan pembaharuan yang dikeluarkan oleh pihak Google, maka dengan mudah malware dapa masuk melalui lubang keamanan. Namun, apakah ini benar?
Menurut Director of Android Security Adrian Ludwig, ada kesalahan presepsi yang menyebar di masyarakat luas, terutama di masyarakat awam. Mereka hanya merujuk pada banyaknya malware bermunculan di sistem operasi Android. Padahal, menurutnya, sistem keamanan Android dari tahun ke tahun semakin meningkat.
“Dari kriptografi dan sandboxing yang kami tingkatkan, eksploitasi OS Android semakin sulit,” ujar Ludwig, seperti dikutip Tim Telset.id dari laman Digital Trends.
Di sisi lain, para masyarakat awam berpendapat bahwa sistem operasi milik Apple yakni iOS jauh lebih aman. Hal ini dikarenakan Apple terkenal dengan sistem operasinya yang tertutup.
Namun ternyata menurut Vice President divisi Platform Research and Exploitation di Zimperium Joshua J. Drake mengatakan hal ini tidak sepenuhnya benar. “Ada kesan bahwa keamanan iOS lebih baik dari Android. Tapi ini tak semata-mata benar juga,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa selama ini keterbukaan sistem operasi Android yang terbuka lebih mudah membuat peneliti mendapatkan data dan memberikan solusi. Sedangkan untuk Apple, dikarenakan sistem operasi yang tertutup, maka informasi lebih sulit untuk didapat.
Di sisi lain CEO AV-Test Maik Morgenstern, setuju dengan pernyataan Drake. Akan tetapi, menurut perusahaan anti virus tersebut mengindikasikan resiko yang lebih besar karena sistem yang diadopsi oleh Android berbeda dengan iOS.
“Pengguna Android lebih mudah memasang aplikasi dari sumber mana saja. Fakta ini membuat aplikasi berbahaya dengan mudah masuk ke perangkat. Di sisi lain iOS lebih ketat dalam hal ini, sehingga risikonya juga semestinya lebih kecil,” ujar Morgensern.
Oleh karena iut, Morgensern menghimbau kepada para pengguna Android untuk tidak memasang aplikasi dari sumber yang tidak dipercaya. Selain itu, dia juga menganjurkan untuk langsung melakukan pembaharuan jika tersedia. [NC/HBS]