Pernahkah Anda membayangkan pesawat yang bisa terbang lima kali kecepatan suara? Stratolaunch, perusahaan yang didirikan oleh mendiang Paul Allen—co-founder Microsoft—baru saja membuktikan bahwa hal tersebut bukan lagi sekadar mimpi. Dalam lima bulan terakhir, mereka berhasil meluncurkan pesawat hipersonik Talon-A2 dua kali, mencapai kecepatan lebih dari Mach 5, dan mendarat secara mandiri di Pangkalan Angkatan Luar Angkasa Vandenberg, California. Ini adalah pencapaian bersejarah, mengingat terakhir kali AS memiliki pesawat roket hipersonik yang bisa digunakan kembali adalah era X-15, 60 tahun silam.
Stratolaunch menggunakan pesawat terbesar di dunia, Roc, sebagai “induk” untuk meluncurkan Talon-A2. Setelah dilepaskan di atas Samudra Pasifik, pesawat sepanjang setengah bus sekolah ini menyalakan mesin roketnya dan melesat ke Vandenberg, sebuah pangkalan militer yang pernah dipertimbangkan NASA untuk pendaratan Pesawat Ulang-Alik. “Kemampuan terbang mandiri sangat krusial karena sistem hipersonik modern membutuhkan manuver di luar batas fisik pilot manusia,” jelas Zachary Krevor, CEO Stratolaunch.
Revolusi Uji Hipersonik dengan Talon-A
Talon-A bukan sekadar pesawat cepat. Ia adalah platform uji coba yang bisa digunakan berulang kali, dengan waktu persiapan antar-penerbangan yang dipangkas dari bulanan menjadi mingguan. George Rumford dari Test Resource Management Center menyebut ini sebagai “tonggak penting” untuk program MACH-TB Pentagon, yang bertujuan mempercepat pengembangan teknologi hipersonik. Meskipun detail muatan eksperimennya dirahasiakan, Krevor mengungkapkan bahwa pelanggan—termasuk militer AS—”sangat puas” dengan kemampuan pemulihan data pasca-penerbangan.
Baca Juga:
Perlombaan Teknologi Hipersonik Global
AS kini berusaha mengejar ketertinggalan dari China, yang sudah mengoperasikan senjata hipersonik sejak 2019. Rudal hipersonik—baik yang berbasis glide vehicle seperti Dark Eagle milik AS maupun scramjet ala China—sulit dilacak sistem pertahanan udara karena kemampuan manuvernya di lapisan atmosfer atas. “Lingkungan hipersonik sangat ekstrem, dengan suhu luar mencapai 1.100° Celsius,” tambah Krevor. Pentagon telah menggelontorkan $12 miliar sejak 2018 untuk riset ini, tetapi belum ada senjata yang siap tempur.
Stratolaunch sendiri telah melalui perjalanan panjang. Setelah kematian Paul Allen pada 2018, perusahaan sempat vakum sebelum dibeli Cerberus Capital Management dan beralih fokus dari peluncuran satelit ke uji hipersonik. Kini, dengan rencana penerbangan bulanan hingga akhir tahun—dan mingguan di masa depan—mereka siap menjadi tulang punggung uji coba Pentagon yang menargetkan 50 penerbangan hipersonik per tahun.
Mengapa ini penting? Selain alasan pertahanan, teknologi hipersonik membuka pintu untuk transportasi supercepat dan eksplorasi atmosfer. Talon-A3, varian terbaru Stratolaunch yang akan beroperasi akhir tahun ini, bahkan akan diluncurkan dari pesawat Boeing 747 bekas Virgin Orbit—memperluas jangkauan uji coba ke luar Pantai Barat AS. Jika Roc dulu disebut-sebut sebagai “Spruce Goose modern”, kini ia telah menemukan misi sejatinya: menjadi katalisator era hipersonik.