Telset.id, Jakarta – Sophos menerapkan layanan keamanan siber atau cybersecurity dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) Deep Learning untuk mengantisipasi kejahatan dunia maya yang terus berkembang.
Teknologi digital tersebut menjadi salah satu unggulan perusahaan asal Inggris itu dalam memasuki pasar keamanan siber di Indonesia.
Managing Director ASEAN & KOREA Sophos menjelaskan perusahaanya bukan pendatang baru didunia keamanan siber, karena sudah didirikan selama 33 tahun. Sedangkan di Indonesia, Perusahaan yang memiliki cabang di 150 negara ini sudah beroperasi selama 12 tahun.
“Konsumen kami di Indonesia beragam, bank, pemerintah dan pengusaha menengah (small medium business). Fokus kami hanya cybersecurity, kami tidak menggarap bidang lainnya dan di Indonesia kami sudah miliki 200 partner,” ujar Sumit dalam acara Sophos Exclusive Interview di Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Lebih lanjut dia menjelaskan teknologi AI deep learning yang dipakai merupakan yang paling mutakhir. Itu karena Ai ini bisa bekerja mirip seperti otak manusia dalam mendeteksi serangan virus jenis baru, seperti malware dan ransomware.
Jika teknologi alogaritma AI biasa, pengguna harus memberi umpan berulang-ulang hingga puluhan, ratusan atau bahkan ribuan kali, maka dengan deep learning penggunanya tinggal duduk tenang karena yang bekerja adalah mesinnya.
Bahkan mesin ini bisa mendeteksi kronologis ancaman (thread) malware dan ransomware yang datang sebelum menginfeksi perangkat yang digunakan.
“Mesin berteknologi AI ini bisa mempelajari sendiri. Ini lebih canggih dari AI yang menunggu umpan data untuk kemudian mempelajarinya,” imbuh dia.
Teknologi AI deep learning ini rupanya diadopsi oleh Sophos dari perusahaan teknologi Invicia yang diakuisisi mereka pada tahun lalu.
Perusahaan rintisan atau startup asal Amerika Serikat (AS) ini dinilai memiliki keunggulan teknologi AI yang cukup mumpuni karena sudah diakui oleh Lembaga pertahanan negeri Paman Sam tersebut.
Sementara itu, Country Manager Sophos Indonesia Dhuniarto Lukman mengatakan kebutuhan akan keamanan siber di Indonesia saat ini semakin tinggi karena para pelaku kejahatan siber (hacker) juga semakin canggih.
Bahkan, kata dia, banyak tenaga bisa teknologi informatika (TI) di perusahaan yang tidak menyadari bahwa perangkat mereka terkena serangan penjahat siber karena baru ketahuan setelah terinfeksi.
Ancaman yang ada sekarang semakin mengerikan, Sophos menyebutnya next generation thread.
“Kami melihat ada 400 ribu varian malware yang muncul setiap hari diseluruh dunia dan ini sulit dihentikan oleh antivirus biasa. Bahkan menurut BSSN ada 140 juta serangan siber di Indonesia dan jumlahnya semakin meningkat,” kata dia.
Dengan perkembangan teknologi ancaman virus dan hacker yang semakin canggih di Indonesia. Perusahaan dan individu diharapkan lebih berhati-hati dalam menjalankan perangkatnya supaya tidak terkena ancaman malware dan ransomware seperti kasus WannaCry.
“Kami sudah membuktikan, tidak ada satupun pelanggan Sophos yang terkena ransomware WannaCry karena sistem AI ini sudah mendeteksinya jejaknya dan memprediksi serangan itu sebelum menjangkiti perangkat,” pungkas dia. (WS)