Telset.id – Di tengah demam kecerdasan buatan (AI) yang melanda dunia teknologi, ada satu perusahaan yang sedang menuai hasil luar biasa: SK Hynix. Raksasa memori asal Korea Selatan ini baru saja melaporkan keuntungan operasional sebesar $5,2 miliar (sekitar Rp 81 triliun) pada kuartal pertama 2025. Angka fantastis ini melonjak 157,8% dibanding periode sama tahun lalu.
Lalu, apa rahasia di balik kesuksesan SK Hynix? Jawabannya terletak pada High Bandwidth Memory (HBM) generasi terbaru mereka. Chip HBM3E buatan SK Hynix menjadi komponen kunci dalam akselerator AI NVIDIA yang sedang sangat diminati pasar. Dengan NVIDIA sebagai pembeli terbesar HBM di dunia, tak heran SK Hynix bisa meraup keuntungan besar.
Yang menarik, keunggulan SK Hynix ini justru menjadi pukulan telak bagi Samsung, pesaing utamanya. Meski Samsung juga memproduksi HBM3E, modul buatan mereka belum bisa lolos uji kualitas NVIDIA. Akibatnya, SK Hynix praktis memonopoli pasokan HBM untuk NVIDIA—sebuah posisi yang sangat menguntungkan di era AI seperti sekarang.
Dominasi Pasar HBM3E yang Tak Terkalahkan
Laporan keuangan SK Hynix menunjukkan betapa besarnya dampak penjualan HBM3E terhadap performa perusahaan. Pendapatan mereka naik 41,9% dibanding Q1 2024, padahal kuartal pertama biasanya merupakan periode lambat untuk penjualan memori. Ini menjadi pendapatan tertinggi kedua dalam sejarah perusahaan.
Keberhasilan SK Hynix tidak lepas dari kemampuan mereka memenuhi permintaan NVIDIA akan chip HBM3E 12-layer. Sementara Samsung masih berjuang memenuhi standar kualitas NVIDIA, SK Hynix sudah menguasai pasar. Perusahaan bahkan memproyeksikan pengiriman HBM mereka akan berlipat ganda tahun ini, dengan chip 12-layer menyumbang lebih dari separuh penjualan HBM3E di Q2 2025.
Baca Juga:
Pertarungan Sengit dengan Samsung
Persaingan antara SK Hynix dan Samsung di pasar HBM layaknya pertarungan dua raksasa. Namun saat ini, SK Hynix jelas unggul beberapa langkah. Keuntungan operasional mereka sekitar $1 miliar lebih tinggi dari proyeksi Samsung untuk periode yang sama.
Samsung sebenarnya tidak tinggal diam. Perusahaan dikabarkan telah melakukan berbagai perubahan untuk memenuhi standar NVIDIA. Sayangnya, upaya mereka belum membuahkan hasil. “Chip mereka tetap tidak memenuhi standar ketat NVIDIA,” tulis laporan tersebut.
Dengan situasi ini, peluang Samsung mungkin terletak pada generasi berikutnya: HBM4. Perusahaan dikabarkan telah meningkatkan fokus untuk memastikan kesalahan dengan HBM3E tidak terulang. Namun, SK Hynix juga tidak mau ketinggalan—mereka bahkan sudah mengirimkan sampel HBM4 ke klien, termasuk NVIDIA.
Masa Depan Pasar HBM
Dominasi SK Hynix di pasar HBM3E menunjukkan betapa pentingnya kualitas dan ketepatan waktu dalam industri semikonduktor. Seperti yang terjadi di industri smartphone, keunggulan teknologi sekecil apa pun bisa berdampak besar pada keuntungan perusahaan.
Pertanyaannya sekarang: apakah Samsung bisa bangkit dengan HBM4? Atau SK Hynix akan terus mempertahankan dominasinya? Jawabannya mungkin terletak pada seberapa cepat Samsung bisa memperbaiki kelemahan mereka dan memenuhi harapan NVIDIA—klien yang menjadi kunci sukses di era AI ini.
Sementara itu, bagi penggemar teknologi yang penasaran dengan perkembangan memori berkinerja tinggi, produk seperti kartu grafis Intel Arc A580 atau WD My Passport SSD bisa menjadi alternatif menarik untuk dilihat.
Satu hal yang pasti: pertarungan di pasar memori semikonduktor, terutama HBM, akan semakin panas di tahun-tahun mendatang. Dan untuk saat ini, SK Hynix-lah yang memegang mahkota.