Telset.id, Jakarta – Para ilmuwan telah berhasil menemukan struktur bangunan kuno dan besar di selatan Meksiko. Dilaporkan, bangunan tua tersebut merupakan situs tertua dan terbesar peninggalan suku Maya kuno.
Situs bernama Aguada Fenix tersebut merupakan bangunan tinggi berukuran lebih dari 1.400 meter yang dibangun dalam jangka waktu antara 1.000 – 800 SM. Bangunan ini berlokasi di negara bagian Tabasco, tepatnya di pangkalan Teluk Meksiko.
Dikutip Telset.id dari Reuters, Sabtu (06/06/2020), bentuk bangunan ini sangat berbeda dengan piramida peninggalan suku Maya yang dibangun 1.500 tahun kemudian yang terletak di Tikal di Guatemala dan Palenque di Meksiko.
{Baca juga: Komputer Pertama Apple akan Dilelang Rp 9,3 Miliar}
Bukannya dibangun dari batu, namun situs kuno dan terbesar suku Maya ini dibangun menggunakan tanah liat dan bahan-bahan lainnya, dan kemungkinan digunakan untuk ritual massal saat itu.
Peneliti menyatakan, struktur bangunan tersebut memiliki lebar hampir 400 meter dengan panjang mencapai 1.400 meter. Tingginya mencapai 33 hingga 50 kaki. Jika dihitung, ukurannya bahkan melebihi piramid Giza di Mesir.
“Bangunan ini sangat besar secara horizontal. Jika Anda berjalan di atasnya, itu hanya terlihat seperti pemandangan alam,” jelas arkeolog University of Arizona, Takeshi Inomata, yang memimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal berjudul “Nature”.
Dalam situs kuno dan terbesar peninggalan suku Maya ini, tidak nampak tanda-tanda adanya patung yang menggambarkan individo atau seseorang dengan derajat yang tinggi. Menurut peneliti, ini menunjukkan bahwa suku Maya kuno hidup lebih komunal, sebelum akhirnya dipimpin oleh kaum bangsawan.
Situs Aguada Fenix sendiri ditemukan menggunakan teknologi remote-sensing Lidar. Teknologi ini menggunakan laser dan data-data pendukung lainnya untuk mengenali objek tertentu dalam tiga dimensi.
{Baca juga: Komputer Pertama Apple akan Dilelang Rp 9,3 Miliar}
Para peneliti pun menjelaskan, area ini sama sekali tidak dikenali oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Bahkan, beberapa bagian dari situs telah dijadikan peternakan sapi dan sebagian besar lainnya ditutupi oleh pepohonan.
“Area tersebut sangat berkembang. Ada orang-orang yang tinggal di sekitarnya karena itu bukan hutan. Namun, situs tidak dikenali karena ia sangat besar dan mendatar, seperti lanskap alam biasa,” papar Takeshi. (MF)