Telset.id, Jakarta – Bukan rahasia lagi jika CIA senang “mengintip” data orang dari seluruh dunia. Badan intelijen pusat Amerika Serikat melakukan hal tersebut untuk menganalisa data terhadap kebiasaan masyarakat di dunia, lebih tepatnya di Amerika.
Mengikuti perkembangan zaman, CIA pun kini tengah mengkoleksi data dari media sosial. Hal ini dikarenakan para netizen di seluruh dunia menggunakan media sosial untuk hampir segala kegiatan mereka.
Untuk mengambil data ini, anggota CIA menggunakan salah satu metode yang paling ampuh. Mereka menggunakan Arificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengumpulkan data tersebut.
[Baca juga: Samsung Galaxy Tab A (2017) Resmi Rilis dengan Baterai 5000mAh]
Menurut Kepala Sekolah Kent School milik CIA, Joseph Gartin Ai merupakan model yang tepat untuk mengkoleksi data dari manapun, termasuk dari media sosial.
“Apa yang baru adalah volume dan kecepatan pengumpulan data media sosial. Perilaku manusia adalah data dan AI adalah model data,” ujar Joseph seperti dikutip dari laman Futurism.
Menurut Robert Cardillo, direktur National Geospatial-Intelligence Agency, AI merupakan teknologi yang tepat untuk mempermudah tugas para analis dalam mengolah data.
“AI akan mengotomatisasi sekitar 75 persen beban kerja para analis. Serta hasil yang didapatkan akan lebih akurat dan efisien,” ujar Cardillo.
[Baca juga: Tawarkan Cashback Hingga 6,5 juta, Smartfren Buka Pemesanan Samsung Galaxy Note 8]
Selain untuk mengambil data di media sosial, ternyata CIA telah menggunakan AI untuk hal lainnya. Menurut Wakil Direktur Pengembangan Teknologi CIA, Dan Meyerriecks, saat ini CIA memiliki ratusan proyek AI.
“Saat ini CIA sudah memiliki 137 proyek AI yang berbeda,” ujar Meyerriecks.
Namun, beberapa pioner di bidang pengembangan AI, seperti CEO Tesla Elon Musk mengkhawatirkan pengembangan AI. Salah-salah, perang dunia ke-3 akan terjadi dikarenakan perkembangan AI. [NC/HBS]