Telset.id, Jakarta – Teknologi virtual reality berhasil membantu memisahkan bayi kembar siam. Proses pemisahan bayi kembar siam tersebut disebut-sebut merupakan yang paling kompleks.
Teknologi virtual reality atau VR menolong kembar siam asal Brasil yang disatukan di kepala. Mereka adalah Bernardo dan Arthur Lima yang masih berusia tiga tahun.
Bernardo dan Arthur Lima menjalani operasi di Rio de Janeiro, Brasil, dengan arahan dari Rumah Sakit Great Ormond Street di London, Inggris, seperti dilansir BBC.
Tim menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menguji coba teknik menggunakan proyeksi realitas virtual si kembar, berdasarkan metode pemindaian CT dan MRI.
BACA JUGA:
- Begini Cara Kerja Metaverse, Masuk ke Dunia Virtual Masa Depan
- 15 Aplikasi Virtual Reality Terbaik Android 2022, Main Game Metaverse
Proses itu digambarkan oleh ahli bedah Noor ul Owase Jeelani sebagai benda zaman ruang angkasa. Proses pemisahannya termasuk yang paling kompleks di dunia.
Ia berujar, baru kali pertama ini para ahli bedah di negara berbeda sama-sama mengenakan headset dan beroperasi di ruang realitas virtual dalam waktu bersamaan.
Telset kutip pada Selasa (9/8/2022), kembar siam menjalani tujuh operasi, memakan waktu lebih dari 27 jam atau sehari, serta melibatkan hampir 100 staf medis.
Berbicara tentang aspek VR operasi kembar siam, Jeelani menyatakan luar biasa melihat anatomi dan melakukan operasi sebelum menempatkan anak dalam risiko.
“Dalam beberapa hal, operasi ini dianggap yang paling sulit padai zaman kita. Melakukannya dalam realitas virtual benar-benar pekerjaan manusia di Mars,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa upaya yang sebelumnya gagal berarti anatomi kembar siam cukup rumit oleh jaringan parut. Ia sempat khawati tentang prosedur yang berisiko.
Jeelani merasa sangat lelah menjalani operasi 27 jam. Ia hanya empat kali istirahat selama 15 menit untuk makan dan minum. Ia sama sekali tidak menyempatkan tidur.
Seperti semua kembar siam setelah operasi, tekanan darah dan detak jantung Bernardo dan Arthur Lima melampaui standar sehingga harus ditangani secara ekstra.
Bernardo dan Arthur Lima dipertemukan kembali empat hari kemudian dan berjabat tangan. Mereka pulih kendati tetap harus menjalani rehabilitasi selama enam bulan.
BACA JUGA:
- Mengenal Metaverse, Teknologi Virtual yang akan Mengubah Dunia
- Apa itu Metaverse? Ini Penjelasan Lengkapnya
Gabriel Mufarrej, kepala bedah anak di Instituto Estadual do Cerebro Paulo Niemeyer, menyebut bahwa rumah sakit merawat bayi tersebut selama dua setengah tahun.
Bernardo dan Arthur, yang berusia hampir empat tahun, adalah kembar craniopagus tertua. Asal tahu saja, craniopagusadalah kembar dengan otak yang menyatu. [SN/HBS]