Telset.id – Para astronom di South African Radio Astronomy Observatory (SARAO) berhasil mendeteksi sinyal radio yang menarik dari objek antarbintang 3I/ATLAS, memberikan petunjuk baru tentang komposisi kimianya. Penemuan ini terjadi pada 24 Oktober, tepat setelah objek misterius tersebut muncul kembali dari balik Matahari.
3I/ATLAS, yang diyakini sebagai komet, telah melintasi tata surya dengan kecepatan tinggi dan mencapai perihelion atau titik terdekat dengan Matahari pada 29 Oktober. Beberapa hari sebelumnya, objek ini mengalami konjungsi solar relatif terhadap Bumi, di mana Matahari berada tepat di antara Bumi dan 3I/ATLAS, sehingga menghalangi pandangan sementara.
Tim astronom SARAO menggunakan teleskop radio MeerKAT untuk ketiga kalinya memindai pengunjung langka ini setelah dua upaya sebelumnya pada September lalu gagal. Kali ini, mereka berhasil mendeteksi “garis serapan radio oleh radikal hidroksil” yang dihasilkan ketika molekul air terurai oleh sinar matahari.
Astronom Harvard Avi Loeb, yang aktif melacak 3I/ATLAS, menyatakan dalam postingan blog bahwa ini merupakan “deteksi radio pertama 3I/ATLAS.” Temuan ini mendukung teori bahwa 3I/ATLAS adalah komet asal antarbintang yang melepaskan sejumlah besar air saat mendekati Matahari, bukan pesawat alien raksasa seperti yang pernah Loeb usulkan.
Baca Juga:
Observasi sebelumnya oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA mengindikasikan 3I/ATLAS sebagian besar terdiri dari es karbon dioksida, dengan hanya sedikit air yang menyusun empat persen massanya. Namun, data spektrum ultraviolet dari Observatorium Neil Gehrels Swift NASA sebelumnya juga telah mendeteksi gas hidroksil, sidik jari kimia air.
Profesor fisika Auburn University Dennis Bodewits menjelaskan kepada BBC, “Ketika kami mendeteksi air – atau bahkan gema ultraviolet samarnya, OH – dari komet antarbintang, kami sedang membaca catatan dari sistem planet lain. Ini memberitahu kita bahwa bahan-bahan untuk kimia kehidupan tidak unik bagi sistem kita sendiri.”
Para astronom mencatat tingkat kehilangan air yang signifikan meskipun objek berada hampir tiga kali lebih jauh dari Matahari dibanding Bumi, wilayah di mana komet biasa dari tata surya kita biasanya jauh kurang aktif. Fenomena ini menambah misteri karakteristik 3I/ATLAS yang berbeda dari objek-objek dalam tata surya kita.
Penemuan sinyal radio dari objek antarbintang ini mengingatkan pada berbagai deteksi sinyal radio misterius dari luar angkasa yang telah dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, berbeda dengan sinyal-sinyal sebelumnya yang sering memicu spekulasi tentang kehidupan extraterestrial, deteksi dari 3I/ATLAS memberikan data ilmiah konkret tentang komposisi kimia objek antarbintang.
Peluang Penelitian Lanjutan
Keberhasilan deteksi radio ini membuka peluang lebih besar untuk mempelajari 3I/ATLAS sebelum objek tersebut meninggalkan tata surya untuk selamanya. Loeb mengungkapkan dalam postingannya bahwa “Pada 16 Maret 2026, 3I/ATLAS diperkirakan akan melintas dalam 53 juta kilometer dari Jupiter.”
Pada kesempatan itu, pesawat ruang angkasa Juno milik NASA akan menggunakan antena dipolenya untuk mencari sinyal radio dari 3I/ATLAS pada frekuensi rendah antara 50 hertz hingga 40 megahertz. Misi ini dapat memberikan data tambahan yang berharga tentang sifat dan komposisi objek antarbintang tersebut.
Penelitian terhadap sinyal radio dari objek luar angkasa terus berkembang, seperti yang terlihat dari berbagai studi tentang sinyal FM di bulan Jupiter dan upaya para pemburu alien yang menyelidiki sinyal misterius dari bintang terdekat Bumi. Namun, kasus 3I/ATLAS menawarkan kesempatan langka untuk mempelajari materi dari sistem bintang lain secara langsung.
Temuan terbaru ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang 3I/ATLAS khususnya, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang komposisi dan karakteristik objek antarbintang pada umumnya. Setiap deteksi baru membawa potensi untuk mengungkap rahasia formasi planet dan kemungkinan adanya bahan penyusun kehidupan di sistem planet lain.

