Telset.id, Jakarta – Berdasarkan hasil studi, salah satu penyebab perubahan iklim Bumi adalah lonjakan metana besar dalam dua dekade terakhir. Para peneliti mengatakan, tingkat metana sangat tinggi dapat meningkatkan suhu global hingga 4 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Kita sudah tahu tidak melakukan cukup banyak untuk mengekang perubahan iklim. Namun, data baru menunjukkan bahwa segala sesuatunya di Bumi mungkin akan berubah lebih cepat daripada yang diperkirakan oleh siapa pun.
Laporan baru mengungkapkan, tingkat metana global lebih tinggi daripada sebelumnya. Sumber utamanya adalah penambangan batu bara dan gas alam, serta pembusukan di tempat pembuangan sampah dan peternakan sapi.
{Baca juga: Negara-negara Arab Bikin Satelit 813, untuk Apa?}
Penelitian yang diterbitkan dalam Environmental Research Letters itu berfokus kepada data tentang tingkat metana atmosfer antara 2000 dan 2017. Asal tahu saja, 2017 adalah tahun terbaru di mana data metana global tersedia.
Seperti dikutip Telset dari New York Post, Minggu (19/07/2020), para peneliti mengatakan bahwa tingkat metana sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan suhu global hingga angka 4 derajat Celcius pada akhir abad ini.
Hal tersebut mungkin terdengar seperti perubahan kecil. Namun, itu bisa menjadi salah satu penyebab perubahan iklim Bumi.
Dan lagi, meningkatnya suhu global bisa membawa perubahan besar dalam cuaca dan secara dramatis akan memengaruhi pasokan makanan kita serta mengganggu ekosistem di darat dan di lautan.
{Baca juga: Perusahaan Teknologi Kurang Peduli Masalah Kebakaran Hutan?}
Masalah besar dengan metana adalah ketersediaannya tidak banyak di atmosfer. Ia menyerap panas secara lebih mudah. Metana besar bisa berdampak sangat buruk serta semakin meningkatkan suhu yang ada di planet milik manusia.
Sebelumnya dilaporkan, hasil penelitian yang diterbitkan di Prosiding National Academy of Sciences mengungkap lokasi dengan udara terbersih di Bumi. Dalam penelitian, lokasi yang menurut kita “tidak ada” itu terletak di Samudra Selatan di sekitar Antartika.
Para ilmuwan dari Colorado State University menjelaskan, berkat beberapa kebiasaan pola iklim dan cuaca global, awan di atas Samudra Selatan masih asli. Awan di sana belum terkontaminasi oleh polusi maupun lainnya.
{Baca juga: Lokasi dengan Udara Terbersih di Bumi Ditemukan, di Manakah?}
Penelitian itu mengungkap fakta bahwa awan di atas Samudra Selatan tidak menunjukkan tanda-tanda terkontaminasi manusia. Tidak ada jejak bahan bakar fosil, pupuk, atau limbah manusia yang sudah terpakai di sana.
Para ilmuwan mengambil sampel dari permukaan laut serta dari atmosfer tinggi. Mereka mempelajari susunan mikroba yang ditemukan di udara, yang dapat memberikan petunjuk tentang di mana udara sebenarnya berada.
Mereka menemukan hasil bahwa mikroba kemungkinan besar berasal dari lautan. Dari situ, barulah para peneliti menyimpulkan bahwa Samudra Selatan yang terpencil cukup jauh dari sebagian besar peradaban manusia ternyata lolos dari banyak polusi yang dibuat oleh peradaban manusia. (SN/MF)