Peneliti Harvard Temukan Obat Pembunuh Kanker Agresif

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Para peneliti di Harvard Wyss Institute sedang mencoba mencari solusi obat yang tebat untuk kanker. Saat ini, mereka dilaporkan mengembangkan obat koktail yang diformulasikan secara khusus dapat mengobati kanker payudara triple-negatif.

Dilaporkan Engadget, seperti dilansir Telset pada Jumat (13/11/2020), ramuan hasil racikan para peneliti ini diklaim bisa membunuh jenis kanker lain yang lebih agresif dengan cara lebih murah dan efisien.

Obat temuan para peneliti menggabungkan kemoterapi dan imunoterapi ditambah DNA sintetis.

Obat itu membantu menyingkirkan sel kanker yang mungkin bersembunyi sehingga berpotensi mencegah kekambuhan. Tes awal di tikus menunjukkan, obat tersebut meningkatkan respons kekebalan delapan persen.

{Baca juga: Pasien HIV Sembuh Total Usai Jalani Pengobatan Ini}

Semua tikus yang terinfeksi dapat bertahan hidup dan tidak kambuh. Kendati demikian, pengujuan masih sangat awal. Meski memberi harapan, jangan berharap obat itu akan tersedia untuk umum dalam waktu dekat.

Beberapa Obat dan Cara Menangani Kanker

Obat Kanker

Saat ini, memang ada beberapa obat dan cara untuk menangani kanker. Satu di antaranya kemoterapi, di mana tubuh diberi semacam racun untuk membunuh sel-sel kanker. Namun, kemoterapi punya dampak negatif.

Dampak negatif kemoterapi adalah potensi kerusakan tambahan di organ tubuh. Alternatif berikutnya adalah imunoterapi, di mana sistem kekebalan tubuh mendapat dorongan untuk melawan sel kanker.

Namun, ada beberapa bentuk kanker yang menolak jenis pengobatan tersebut. Sebut saja kanker payudara triple-negatif.

Obat kanker yang sedang dikembangkan peneliti di Harvard’s Wyss Institute pun dinilai bisa menjadi solusi pengobatan tepat.

Tes Darah Bisa Deteksi Dini Kanker

Obat kanker Payudara
The tube of blood. The study of human blood in medical labs.

Tes darah telah terbukti mampu deteksi berbagai jenis kanker dalam sebuah penelitian terhadap ribuan orang yang tidak memiliki riwayat atau gejala penyakit.

Meski tes ini masih bersifat eksperimental, tapi tetap terlihat manfaatnya. Dengan pemindaian PET, tes ini bisa mengonfirmasi atau menyingkirkan kemungkinan tumor yang dicurigai.

“Kami pikir tes itu layak,” kata Nickolas Papadopoulos, seorang ilmuwan Universitas Johns Hopkins yang membantu mengembangkan tes.

Nickolas mengatakan, tes tersebut melewatkan cukup banyak jenis kanker daripada yang ditemukan. Akan tetapi, ada kalanya muncul beberapa “alarm” palsu yang berpotensi mengakibatkan prosedur tindak lanjut yang tidak perlu.

{Baca juga: Tes Darah Eksperimental Bisa Bantu Deteksi Dini Kanker}

Tes itu hanya untuk wanita 65 tahun hingga 75 tahun. Para peneliti menyatakan bahwa tes serupa perlu dilakukan kepada pria, wanita maupun pria usia lain, serta kelompok subjek yang lebih beragam.

Dr Len Lichtenfeld, wakil kepala petugas medis untuk American Cancer Society, mengatakan, tes tersebut tidak bisa dipakai untuk hari ini. “Perlu banyak penelitian untuk menunjukkan nilai,” terangnya.

Sekadar informasi, hampir 10.000 wanita berusia 65 tahun hingga 75 tahun tanpa riwayat kanker telah direkrut untuk menjalani tes melalui Sistem Kesehatan Geisinger di Pennsylvania dan New Jersey.

Sebab, beberapa kanker mematikan, seperti ovarium, belum memiliki tes skrining. Wanita dalam kelompok usia itu memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker. Mereka didorong untuk mammogram dan kolonoskopi. (SN/MF)

SourceEngadget

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI