Pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana otak Anda bisa mengingat resep masakan favorit setelah mencobanya sekali, atau tiba-tiba mahir bermain gitar setelah berlatih selama seminggu? Selama ini, ilmu saraf berpegang pada prinsip sederhana: “neurons that fire together, wire together.” Namun, penelitian terbaru dari Stanford University membuktikan bahwa proses belajar otak jauh lebih kompleks dan cerdas dari yang kita duga.
Hebbian Learning: Teori Lama yang Tak Lagi Cukup
Selama 70 tahun terakhir, dunia neurosains mengandalkan konsep Hebbian learning yang dicetuskan Donald Hebb pada 1949. Prinsip ini menyatakan bahwa koneksi antar neuron menguat ketika mereka aktif secara bersamaan. Analoginya seperti jalan setapak yang semakin lebar karena sering dilalui. Teori ini menjadi dasar pemahaman kita tentang memori, pembelajaran, bahkan perkembangan kecerdasan buatan modern.
Tapi tim Stanford menemukan fakta mengejutkan. Dengan menggunakan biosensor bercahaya pada tikus, mereka mengamati perilaku sinapsis (sambungan antarneuron) saat hewan tersebut belajar tugas sederhana. Hasilnya? Tidak semua sinapsis mengikuti aturan Hebbian. Beberapa justru berubah secara independen, bahkan cabang berbeda dari neuron yang sama menggunakan strategi pembelajaran berlainan secara simultan.
Baca Juga:
Implikasi Besar untuk Kesehatan Mental dan Teknologi
Penemuan ini bukan sekadar teori akademis. Dr. Lisa Giocomo, salah satu peneliti utama, menjelaskan: “Gangguan seperti depresi mungkin terjadi ketika koneksi kunci melemah dengan pola yang tidak kita pahami sebelumnya.” Dengan memetakan berbagai “aturan belajar” di tingkat sinapsis, ilmuwan bisa mengembangkan terapi lebih tepat sasaran untuk kondisi neurologis.
Bidang kecerdasan buatan juga akan terpengaruh. Sistem neural network saat ini umumnya menggunakan satu aturan pembelajaran untuk semua koneksi. Padahal otak nyata bekerja dengan multi-strategi yang jauh lebih fleksibel. “Ini seperti menemukan bahwa processor smartphone ternyata punya 10 core dengan arsitektur berbeda, bukan 8 core identik seperti yang dikatalogkan,” tambah Giocomo.
Masa Depan Riset Otak: Pertanyaan Baru yang Menggoda
Studi ini membuka lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Mengapa beberapa sinapsis memilih aturan tertentu? Apakah ini menjelaskan mengapa beberapa orang lebih cepat belajar musik sementara yang lain jago matematika? Bagaimana proses ini berkembang seiring penuaan?
Yang jelas, temuan ini mengubah paradigma neurosains secara fundamental. Seperti prosesor MediaTek Helio P90 yang mengoptimalkan tugas berbeda dengan core berbeda, otak kita ternyata telah melakukannya selama ribuan tahun. Pertanyaannya sekarang: seberapa jauh lagi kita bisa menggali misteri organ paling kompleks di alam semesta ini?