Telset.id, Jakarta – Baru-baru ini, satelit komunikasi milik Intelsat yang dibangun oleh Boeing dilaporkan meledak dan hancur di orbit geostasioner. Intelsat mengonfirmasi kejadian ini sebagai “kerugian total” melalui siaran pers.
Sementara itu, Angkatan Luar Angkasa AS mengatakan mereka melacak sekitar 20 bagian puing, meskipun belum ditemukan ancaman langsung terhadap satelit lain. Namun, menurut laporan dari Roscosmos, mereka mendeteksi hingga 80 bagian pecahan dari ledakan tersebut.
Hingga saat ini, penyebab pasti ledakan masih belum diketahui, tetapi kejadian ini menambah daftar tantangan bagi Boeing, yang sebelumnya menghadapi kegagalan uji terbang awak Starliner, masalah pada pesawat 737 Max, serta penundaan produksi 777x.
BACA JUGA:
- SpaceX Bangun Jaringan Satelit Mata-mata Buat AS, Bisa Lacak Siapa Saja!
- BAKTI Kominfo Sukses Uji Coba Aktivasi Satelit SATRIA-1
Intelsat saat ini tengah memindahkan pelanggan ke satelit lain atau ke wahana antariksa milik pihak ketiga untuk mengatasi gangguan yang terjadi akibat satelit buatan Boeing yang meledak tersebut.
Dalam pernyataan resmi, perusahaan tersebut juga mengatakan telah membentuk Dewan Peninjau Kegagalan untuk melakukan analisis mendalam mengenai penyebab ledakan. Sayangnya, satelit ini tidak diasuransikan, seperti yang dikonfirmasi oleh seorang juru bicara kepada SpaceNews.
Meskipun belum ada ancaman langsung yang terdeteksi, pecahan ledakan satelit ini tetap menimbulkan risiko potensial bagi satelit lain yang beroperasi di orbit.
Menurut juru bicara Spaceflux, sebuah perusahaan Inggris yang melacak objek di orbit, terdapat banyak ketidakpastian mengenai pergerakan pecahan-pecahan ini. Pecahan tersebut mungkin dapat membahayakan satelit lain, tetapi hingga saat ini belum ada kepastian tentang dampaknya.
Satelit yang meledak ini, yaitu Intelsat 33e, merupakan bagian dari enam satelit “EpicNG” yang diproduksi oleh Boeing. Satelit ini menggunakan platform 720MP, yang dilengkapi dengan 16 mesin bertenaga hidrazin dari Aerojet Rocketdyne. Satelit ini memiliki peran penting dalam menyediakan layanan telekomunikasi, internet, dan siaran TV/radio melalui satelit.
Namun, masalah teknis telah mengganggu perjalanan satelit ini sejak awal. Intelsat 33e terlambat tiga bulan beroperasi karena masalah pada sistem pendorong utama, dan masalah lain pada sistem propulsinya mengurangi masa pakainya hingga 3,5 tahun.
Kasus serupa juga terjadi pada satelit EpicNG pertama, Intelsat 29e, yang dinyatakan rusak total pada tahun 2019 setelah hanya tiga tahun beroperasi. Kerusakan ini dikabarkan akibat dampak meteoroid atau cacat pada kabel.
BACA JUGA:
- Satelit SATRIA-1 Capai Orbit, Siap Berikan Internet di Daerah 3T
- Google dan Garmin Bakal Hadirkan SOS Satelit di 150 Negara
Nilai kerugian dari insiden ini dapat menjadi besar, terutama jika satelit seperti Intelsat 33e, yang pada peluncurannya mencapai biaya sekitar USD400 juta, atau setara dengan Rp6,3 triliun, gagal berfungsi dengan baik. Meski tanpa ancaman langsung saat ini, ledakan ini menjadi pengingat akan risiko yang dihadapi teknologi antariksa di orbit. [FY/IF]