NASA vs SpaceX: Konflik Prioritas Bulan dan Mars di Bawah Kepemimpinan Baru

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Bayangkan sebuah agensi antariksa dengan anggaran dipotong hampir separuh, sementara misi ambisiusnya ke Bulan dan Mars digantung di tengah ketidakpastian. Inilah skenario suram yang mungkin dihadapi NASA jika proposal anggaran dari pemerintahan Trump benar-benar diterapkan. Jared Isaacman, calon administrator baru NASA yang juga astronot SpaceX, baru-baru ini menyuarakan keprihatinannya.

Dalam respons tertulisnya kepada Komite Perdagangan Senat AS, miliarder yang dua kali terbang dengan pesawat SpaceX ini menyebut proposal pemotongan anggaran sebagai “bukan hasil optimal”. Meski mengaku tidak terlibat dalam diskusi resmi terkait kebocoran dokumen tersebut, Isaacman tegas menyatakan komitmennya untuk melanjutkan program Artemis—misi NASA untuk mengembalikan manusia ke Bulan.

Pernyataan ini menarik karena terjadi di tengah tekanan kuat dari Elon Musk, CEO SpaceX yang mendesak NASA untuk mengalihkan fokus ke Mars. Isaacman, yang harus berjalan di antara dua kepentingan politik ini, memilih pendekatan diplomatik: “Saya akan memprioritaskan Artemis sesuai hukum yang ada, tapi juga mendorong paralelisasi dengan misi Mars.”

Dilema Bulan vs Mars: Pertarungan Ideologi Antariksa

Kevin Dietsch/Getty Images/Futurism

Ketika ditanya harus memilih antara Bulan atau Mars, Isaacman secara taktis memihak pada Artemis. Keputusan ini bukan tanpa alasan. Program bernilai miliaran dolar ini telah mendapat dukungan bipartisan di Kongres, sementara visi Mars ala Musk dianggap terlalu spekulatif oleh banyak politisi.

Tapi di balik itu, ada pertarungan teknologi yang lebih besar. NASA masih bergantung pada roket SLS (Space Launch System) yang mahal dan sekali pakai, sementara SpaceX dengan Starship-nya menawarkan solusi reusable yang lebih murah. Isaacman sendiri mengusulkan transisi: “Setelah kewajiban kontrak terpenuhi, NASA harus beralih dari bersaing dengan sektor komersial dan fokus pada pengembangan teknologi eksplorasi generasi berikutnya—termasuk pesawat antariksa nuklir.”

Hubungan Dingin dengan Musk: Strategi Politik Isaacman

Yang paling mengejutkan adalah upaya Isaacman menjaga jarak dengan Musk. Padahal, dia adalah salah satu astronot paling berpengalaman dalam pesawat SpaceX. “Saya tidak memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Mr. Musk… interaksi kami bersifat profesional,” tegasnya dalam tanggapan tertulis.

Pernyataan ini muncul di tengah kontroversi Musk yang semakin menjadi beban politik—dari pemotongan anggaran pemerintah secara gegabah hingga dukungannya pada pandangan ekstremis. Bagi Isaacman yang sedang meniti karir politik, asosiasi dengan Musk bisa menjadi bumerang.

Ancaman Pemotongan Anggaran: “Kiamat” bagi Sains NASA

Proposal anggaran Trump—jika diterapkan—akan menghapus hampir separuh pendanaan sains NASA. Casey Dreier dari Planetary Society menyebutnya sebagai “peristiwa tingkat kepunahan untuk sains NASA”. Dampaknya akan langsung terasa pada misi seperti Mars Sample Return dan teleskop antariksa generasi berikutnya.

Tapi ada secercah harapan: Kongres memiliki sejarah menolak pemotongan drastis semacam ini. Apalagi dengan dukungan bipartisan untuk program Artemis yang telah menelan investasi besar. Seperti misi DART NASA yang sukses menabrak asteroid, sains antariksa seringkali menjadi area kerjasama langka antara Partai Republik dan Demokrat.

Di tengah gejolak ini, satu hal yang pasti: era kepemimpinan baru NASA akan menjadi ujian antara visi tradisional eksplorasi antariksa dan disrupsi dari perusahaan swasta seperti SpaceX. Dan Isaacman—dengan latar belakangnya sebagai astronot swasta sekaligus calon birokrat—mungkin justru tokoh ideal untuk menjembatani kedua dunia ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI