Telset.id, Jakarta – Mahasiswa Belanda menciptakan mobil listrik yang berfungsi penuh dan seluruhnya terbuat dari limbah, termasuk plastik dari laut, botol PET daur ulang, dan sampah rumah tangga.
Berwarna kuning cerah dan tampil cukup sporty dengan hanya dua tempat duduk, mobil listrik bernama Luca itu dapat mencapai kecepatan tertinggi 56 mil per jam dan punya jangkauan 136 mil saat terisi penuh.
“Mobil ini sangat istimewa karena terbuat dari limbah,” terang manajer proyek dari Universitas Teknik Eindhoven, Lisa van Etten, kepada Reuters, seperti dikutip Telset.id dari New York Post.
{Baca juga: Baterai Mobil Listrik Ini Bisa Tempuh Jarak 2 Juta Km}
“Sasis Luca kami buat dar bahan rami dan botol PET daur ulang. Untuk interior, kami menggunakan sampah rumah tangga yang tidak disortir. Pokoknya semua bahan dari sampah daur ulang,” tambahnya.
Plastik keras yang biasa ditemukan di televisi, mainan, dan peralatan dapur digunakan untuk bodi mobil. Sementara bantal kursi interior, Van Etten menerangkan, berasal dari bahan bulu kelapa dan bulu kuda.
Mobil listrik dari limbah tersebut dirancang dan dibangun oleh 22 siswa dalam waktu sekitar 18 bulan sebagai upaya untuk membuktikan potensi sampah. “Kami berharap produsen mobil mulai pakai bahan limbah,” tambahnya.
“Semakin banyak perusahaan pakai limbah atau bahan berbasis biob di interior, tentu semakin baik. Kami ingin menunjukkan bahwa membuat sasis mobil dari limbah tak mustahil,” kata rekannya, Matthijs van Wijk.
Mobil Listrik Murah
Ngomong-ngomong soal mobil listrik, sebelumnya Tesla juga dikabarkan akan mulai menawarkan model yang lebih terjangkau, setidaknya dalam tiga tahun ke depan.
Elon Musk mengungkapkan bahwa dia berencana untuk meningkatkan produksi baterai selama 3 tahun ke depan ke titik di mana itu akan meningkat menjadi lebih terjangkau untuk diproduksi, yang pada akhirnya akan menurunkan harga mobil listrik.
{Baca juga: Balapan Mobil Listrik Terbang Segera Jadi Kenyataan}
Saat tiba waktunya nanti, Tesla yakin bahwa mereka dapat membuat kendaraan listrik senilai USD 25.000 atau setara Rp 370 jutaan yang juga sepenuhnya otonom. [SN/IF]