Bagaimana Alam Semesta Terbentuk? Begini Kata Fisikawan

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Alam semesta terbentuk karena apa? Pertanyaan tersebut umum kita jumpai meski manusia sudah hidup di Bumi selama bertahun-tahun lalu.

Alam semesta terbentuk karena melalui proses. Fisikawan menyebut, manusia hidup di alam semesta yang mengembang. Alam semesta semakin besar setiap harinya.

Pada masa lalu, alam semesta berukuran lebih kecil dari sekarang. Alam semesta kita dulunya adalah titik yang sangat kecil dan padat atau sebuah singularitas.

BACA JUGA:

Para fisikawan berpikir titik itu berkembang dalam Big Bang. Karena semua bukti rusak, sulit untuk mengetahui pasti apa yang terjadi manakala awal alam semesta terbentuk.

Untuk sebagian besar sejarah, semesta dihiasi dengan benda-benda langit yang serupa seperti yang ada sekarang. Posisi mereka hanya saling berdekatan.

Misalnya, ketika semesta berusia kurang dari 380.000 tahun, volumenya sekitar satu juta kali lebih kecil dari sekarang dan bersuhu rata-rata 10.000 kelvin.

Suhu tersebut sangat panas dan padat sehingga menjadi plasma, yakni suatu keadaan materi di mana atom terkoyak menjadi proton, neutron, dan elektron.

Namun, fisikawan menemukan plasma di banyak situasi lain di luar angkasa dan Bumi. Fisikawan memiliki pemahaman yang cukup baik tentang cara kerjanya.

Tapi, semakin jauh ke belakang menjadi semakin kompleks. Ketika semesta baru berusia belasan menit, sup proton, neutron, dan elektron cukup intens.

Jika melihat ke belakang lebih awal, semuanya menjadi sangat samar. Memahami semesta ketika usianya kurang dari satu detik, kita tidak punya teori fisika.

Artinya, Telset kutip dari Live Science, Minggu (27/11/2022), semua teori fisika runtuh. Tidak ada pemahaman bagaimana partikel, gaya, dan medan beroperasi.

Fisikawan dapat memetakan pertumbuhan kosmos pakai teori relativitas umum Albert Einstein, yang menghubungkan isi kosmos dengan sejarah perluasannya.

Tapi, teori Einstein mengandung kesalahan fatal. Jika mengikuti relativitas umum hingga kesimpulan akhir, seluruh semesta dijejalkan dalam satu titik padat.

Hal itu dikenal sebagai singularitas Big Bang. Singularitas sering dibingkai sebagai “permulaan” semesta. Namun, ingat, hal itu sama sekali bukan permulaan.

Secara matematis, singularitas Big Bang tidak memberitahu bahwa semesta bermula dari sana. Relativitas umum telah rusak dan kehilangan kekuatan prediktif.

Fisikawan telah lama tahu bahwa relativitas umum tidak lengkap, tidak menjelaskan gravitasi dengan kekuatan tinggi atau skala kecil atau dikenal gravitasi kuantum.

Untuk memahami saat-saat awal alam semesta terbentuk, kita membutuhkan fisika baru.  Ada teori string dan gravitasi kuantum loop, tetapi belum sepenuhnya dikembangkan.

Kendati demikian, apabila satu dari teori-teori itu benar, kita bisa tahu soal hal-hal menarik tentang semesta awal. Dalam kasus gravitasi kuantum loop, misalnya.

Singularitas diganti dengan bongkahan ruang-waktu berukuran terbatas. Namun negitu, untuk teori string, alam semesta kita berasal dari yang disebut “lanskap”.

BACA JUGA:

Ada kemungkinan lain bahwa Big Bang kita eksis hanya sebagai satu rangkaian alam semesta tidak terhingga, berlipat ganda, dan tanpa akhir dalam multisemesta.

Hanya kemajuan lebih lanjut dalam fisika teoretis yang akan membantu memilah kekeruhan dari ide-ide tersebut. Lantas, sjarinya, alam semesta ada karena apa? [SN/HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI