Telset.id, Jakarta – Regulator Amerika Serikat (AS) telah menyetujui babi yang dimodifikasi secara genetik untuk makanan dan produk obat-obatan. Babi menjadi hewan kedua yang mendapatkan lampu hijau untuk dikonsumsi manusia.
Namun, perusahaan menanganinya mengaku tidak ada rencana dalam waktu dekat untuk menjual daging babi. Babi direkayasa secara genetika untuk menghilangkan keberadaan alpha-gal, sejenis gula yang ditemukan di mamalia.
Seperti dikutip Telset dari New York Post, Senin (21/12/2020), selama ini gula sudah masuk ke dalam banyak produk, termasuk obat-obatan, kosmetik dan makanan, serta dapat mengakibatkan reaksi alergi untuk beberapa orang.
“Tujuan utama perusahaan kami, United Therapeutics Corp, adalah mengembangkan produk medis, seperti pengencer darah, yang tidak akan memicu reaksi seperti itu,” demikian penjelasan juru bicara perusahaan, Dewey Steadman.
{Baca juga: Peneliti Harvard Temukan Obat Pembunuh Kanker Agresif}
United Therapeutics Corp, perusahaan yang berbasis di Silver Spring, Maryland, berharap bisa mengembangkan cara agar organ babi dapat ditransplantasikan ke manusia. Babi bernama GalSafe bisa dikomersialkan sebagai makanan maupun produk obat.
Namun, Steadman mengatakan, perusahaan tidak tahu kapan bisa mendapatkan kesepakatan dengan produsen daging untuk memproses dan menjualnya. Ia melanjutykan, alergi daging babi dan sindrom alpha-gal belum dianggap sebagai masalah besar.
{Baca juga: Ilmuwan Berhasil Ciptakan “Mutan” dari Hibrida Babi-Monyet}
Peneliti kesehatan tidak sepenuhnya memahami bagaimana alergi bisa berkembang. Namun, semua ada kaitannya dengan gigitan kutu. Pada 2009, ada 24 kasus yang dilaporkan, tetapi perkiraan terbaru sudah melebihi 5.000 kasus.
Gejala dapat berupa gatal-gatal, kram, dan muntah-muntah. Tidak seperti alergi makanan lain, reaksi alpha-gal biasanya terjadi beberapa jam setelah makan daging sapi, babi, atau domba. Gara-gara hal itu, alergi jadi sulit untuk didiagnosis. (SN/MF)