Aplikasi Foto AI Ini Bantu Korban Holocaust Temukan Foto Masa Kecil

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Aplikasi AI atau artificial intelligence buatan Daniel Patt, insinyur perangkat lunak Google mengembangkan aplikasi foto AI yang membantu para korban Holocaust mengenali foto kecil mereka.

Aplikasi foro AI bikinan Patt bisa menemukan foto hanya dengan memasukkan nama ke beberapa wajah korban maupun penyintas di ratusan ribu foto bersejarah.

Kehebatan aplikasi foto AI itu dibuktikan oleh Blanche Fixler. Perempuan tersebut masih ingat sembunyi di dalam tempat tidur manakala para tentara NAZI mencarinya.

“Saya merasakan mereka mengetuk tempat tidur. Saya lalu bilang lebih baik kita tidak bernapas atau bersin atau apa pun daripada mati,” katanya dilansir BBC.

BACA JUGA:

Blanche berhasil selamat. Ia beruntung. Enam juta orang Yahudi sepertinya dibunuh oleh Nazi dalam pembantaian sadis Holocaust selama Perang Dunia Kedua.

Nama lebih dari satu juta dari orang-orang itu tidak diketahui. Namun, AI buatan Patt menemukan Blanche dalam foto masa perang yang belum pernah dilihat.

Aplikasi foto AI yang dikembangkan Daniel Patt bernama Numbers to Names (N2N) ini memakai teknologi pengenalan wajah untuk menganalisis seseorang, lalu mencari melalui foto arsip untuk menemukan kecocokan.

Perangkat lunak merujuk silang jutaan wajah untuk mencoba menemukan kecocokan orang-orang yang telah diidentifikasi di satu foto, tetapi tidak di foto lain. AI membantu mengidentifikasi beberapa orang di foto yang hingga sekarang belum diketahui identitasnya.

Blanche, yang kini berusia 86 tahun dan tinggal di New York, tahu tentang foto keluarga di bawah di sebelah kanan, tapi belum pernah melihat foto grup di kiri.

Foto di sebelah kiri diambil di Prancis selama perang. Blanche dikenal dengan nama Bronia sejak kecil. Ia tinggal di Polandia ketika Nazi datang mencarinya.

Ibu dan saudara-saudaranya dibunuh. Ia diselamatkan berkat Bibi Rose, yang menyembunyikannya. Patt menemui Blanche untuk menyatukan citra yang hilang.

Blanche segera mengenali dirinya berdiri di depan sekelompok besar orang. Tak hanya itu, ia juga mengidentifikasi Bibi Rose dan seorang anak laki-laki di foto.

Sebelum Blanche melihat foto tersebut, hanya tiga orang yang telah diidentifikasi. Berkat Blanche dan perangkat lunak Patt, jumlah yang dikenali pun bertambah.

“Sangat penting untuk mengidentifikasi foto-foto ini. Setiap orang punya nama. Setiap orang punya wajah,” kata Scott Miller, direktur urusan kuratorial di museum.

Sebagai informasi, menurut keterangan yang tertera di situs Museum Peringatan Holocaust Amerika Serikat (USHMM), tidak ada daftar tunggal yang mengidentifikasi para korban dan penyintas Holocaust.

BACA JUGA:

Penelitian untuk menemukan cerita individu adalah proses yang panjang karena harus mengikuti petunjuk dari sumber informasi yang sangat minim. Namun, museum ini menawarkan kepada keluarga korban dan penyintas untuk mencarikan informasi dan dokumentasi.

Inspirasi Patt untuk menciptakan AI datang pada tahun 2016 saat mengunjungi Museum Sejarah Yahudi Polandia POLIN Warsawa. Dikisahkan The Times of Israel, ia seperti dihantui perasaan mungkin saja melihat wajah kerabatnya di antara foto para korban.

Patt kemudian mengembangkan N2N agar bisamembantu keluarganya dan orang lain menemukan foto orang-orang terkasih yang terbunuh dalam peristiwa kejahatan kemanusiaan yang dikenal dengan Holocaust itu. [SN/HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI