Satelit Dokumentasikan Dampak Corona di Sebagian Bumi

Telset.id, Jakarta  – Satelit mendokumentasikan dampak virus Corona di sebagian Bumi. Selain menjadi krisis kesehatan masyarakat, Covid-19 juga memiliki dampak dramatis terhadap lingkungan dan ekonomi.

Tiga lembaga antariksa, NASA, European Space Agency (ESA), dan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), terus melacak bagaimana virus corona telah mengubah dunia secara lingkungan maupun ekonomi.

{Baca juga: Ratusan Ribu Orang Bikin Superkomputer Lawan Corona, Mau Join?}

Mereka melacak dengan bantuan Dashboard Observasi Bumi Covid-19. Mereka mengeksplorasi bagaimana pandemi berdampak kepada berbagai hal dengan melihat citra satelit, seperti lalu lintas bandara dan pengiriman.

“Pandemi tidak hanya meninggalkan banyak penderitaan manusia. Pandemi memiliki dampak global sehingga kami dapat mendokumentasikan dari luar angkasa,” Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi Direktorat NASA.

“Tiga badan antariksa menyadari bahwa jika menggabungkan kekuatan, kami dapat membawa seperangkat alat analitik yang lebih kuat untuk menghadapi krisis yang bergerak cepat ini,” tambah Thomas Zurbuchen.

Selain itu, seperti dikutip Telset.id dari New York Post, Senin (29/6/2020), dasbor mencakup data tentang gas rumah kaca, kualitas udara, dan kualitas air. Lantas, apa yang menarik dari hasil rekaman citra satelit tersebut?

{Baca juga: Pasukan Luar Angkasa AS Perangi Pandemi Virus Corona}

Ternyata, jumlah mobil yang diproduksi di China naik lagi pada April 2020 setelah sebelumnya jatuh dalam pandemi. Pengamatan sebelumnya menunjukkan penurunan dramatis dalam polusi dan gas rumah kaca ketika lockdown.

Sebelumnya, Space Force atau pasukan luar angkasa AS yang baru dibentuk menjalani misi untuk mencegah pandemi virus corona. Pasukan luar angkasa AS meluncurkan satelit keamanan nasional pertama pada Kamis (26/03) lalu.

“Tidak ada yang menghentikan misi peluncuran luar angkasa dari Cape Canaveral,” demikian penjelasan pihak Space Force AS melalui cuitan di Twitter, dikutip Telset.id dari New York Post, Senin (30/03/2020).

Satelit berharga sekitar USD 1 miliar atau Rp 16,3 triliun itu merupakan yang keenam dan terakhir dalam seri Advanced Extremely High Frequency milik militer AS. Satelit tersebut diperbarui dari satelit Milstar yang sudah cukup berumur.

{Baca juga: Pasukan Luar Angkasa AS Bingung Cari Jati Diri yang Pas}

Milstar dikirim ke luar angkasa untuk menyediakan komunikasi aman dari ketinggian 22.000 mil selama hampir satu dekade. Peluncuran satelit keamanan nasional pertama itu menggunakan Roket Atlas V yang cukup kuat. [SN/HBS]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI