JAKARTA – Samsung mendukung pelaku seni mural art Indonesia dalam mengembangkan ide kreatifnya, sekaligus memberikan pemahaman bahwa gadget dapat mendukung kegiatan seni yang menginspirasi banyak orang.
Dalam dukungannya kali ini Samsung Indonesia dan Amalia Wirjono, Founder Art Dept ID, menggandeng lima seniman mural art Indonesia, yakni Darbotz, Eddie Hara, Saleh Husein, Marishka Soekarna dan Tuts dalam sebuah pameran dengan konsep live mural art pada fragmented walls bernama “Wall 4 All”.
Untuk memberikan pemahaman bahwa gadget dapat mendukung kegiatan seni, masing-masing seniman diberikan sebuah Samsung Galaxy Note 4 sebagai alat bantu mereka dalam proses kreatif.
Vebbyna Kaunang, IM Marketing Director, Samsung Electronics Indonesia mengatakan, bahwa sejak meluncurkan Galaxy Note 4 pada September 2014 lalu, Samsung membuat serangkaian kolaborasi dengan berbagai pihak untuk dapat menginspirasi banyak orang.
Vebbyna menegaskan, bahwa Samsung berkomitmen ingin selalu menghadirkan teknologi terdepan dan juga memberikan nilai lebih bagi pengguna Galaxy Note 4.
“Dukungan kami untuk Art Dept ID merupakan salah satu bentuk kolaborasi lainnya untuk mendukung para pelaku seni dalam mengembangkan ide kreatif mereka,” kata Vebbyna dalam keterangan persnya, Kamis (15/01/2015).
Dia menambahkan, bahwa kegiatan ini akan bisa memberikan pemahaman bahwa sebuah gadget dapat mendukung kegiatan seni yang menginspirasi banyak orang.
Mural dipilih, tambah Vebbyna, karena sejak awal masa kehidupan manusia, mural dan graffiti telah menjadi satu bagian yang muncul dalam usaha mempertahankan hidup.
Keberadaan dinding yang selalu bersifat publik, dalam artian dapat diakses secara terbuka oleh siapa saja, memberikan nuansa berbeda pada karya mural dan graffiti.
Proses perkembangan dan perubahan teknologi juga turut mengantar metode produksi artistik mural dan graffiti ke arah yang berbeda.
Penggunaan media sosial, misalnya, kini menjadikan seniman jalanan bisa lebih mudah mengunggah hasil karyanya dengan turut menyertakan nama, bahkan lokasi gambar.
Hal ini tentunya merupakan kontradiksi dari apa yang pernah menjadi ciri khas mural dan graffiti yang anonym dan temporer. Dalam konteks itulah, pameran ini hadir dan mencoba memberi sebuah pengalaman baru akan kehadiran gambar pada dinding.
Lima orang seniman dengan kecenderungan artistik yang berbeda diundang dan akan mengadaptasi konsep mural melalui media berupa lima panel kanvas.
Mengambil tempat di atrium sebuah mall di Jakarta, mural menjadi sebuah pesan yang memiliki pesan sama, namun dengan sudut pandang lebih modern dan tidak lagi menjadi tipikal commission art.
Panel kanvas akan dipamerkan sampai 19 Januari 2015 dan karya limited edition yang dilukis ini juga bias dimiliki oleh peminat seni.(MS/HBS)