Telset.id, Jakarta – Peretas alias hacker dari seluruh dunia berkumpul pada ajang Konferensi Defcon di Las Vegas, Amerika Serikat (AS). Mereka mengidentifikasi kerentanan mesin pemungutan suara yang dipakai pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden AS pada 2016.
Dilaporkan CNET, dikutip Telset.id, pada Minggu (12/8/2018), para peretas fokus menyelidiki sistem untuk menemukan kerentanan baru selama tiga hari, mulai Jumat (10/8/2018) hingga Minggu.
Nantinya, temuan para peretas bakal diserahkan kepada pembuat mesin pemungutan suara untuk diperbaiki. Selama Defcon, mereka membuat apa yang dinamakan Voting Village untuk mengungkap isu keamanan di polling digital dan kartu memori.
Baca juga: Hacker Turki Ini Divonis Penjara Selama 3 Abad
“Kami melihat banyak manfaat dari kegiatan tersebut,” papar Sekretaris Keamanan Siber dan Komunikasi dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, Jeannette Manfra.
Defcon merupakan laboratorium para pembobol sistem keamanan tertinggi. Satu pesertanya adalah Jake Braun. Ia menyebut bahwa kerentanan saat pemilu harus segera diidentifikasi dan ditangani, terlepas apapun masalah yang ditemukan.
Baca juga: 6 Kelompok Hacker Legendaris Paling Ditakuti
Braun bersama peserta konferensi lain berkesempatan meretas lima tipe mesin pemungutan suara dari manufaktur, termasuk Election System & Software serta Dominion Voting.
Tahun lalu, mereka juga pernah membuat Voting Village setelah mendengar kabar ada campur tangan Rusia saat pencalonan Donald John Trump pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden AS pada 2016.
Baca juga: Bobol Akun Tinder, Hacker “Kepoin” Pesawat Tempur Inggris
Sebuah tim peneliti dari Denmark menemukan bagaimana cara mengambillih sistem pemungutan suara secara touch screen. Mereka berhasil meretas mesin yang digunakan hingga 2014 hanya dengan alat pengendali jarak jauh.
Sumber: CNET