Telset.id, Jakarta – Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) menjelaskan soal penyebab dari gagalnya roket Soyuz meluncur ke luar angkasa. Disebutkan bahwa ada kerusakan sensor yang membuat roket tersebut gagal meluncur pada 11 Oktober 2018 lalu.
Roscosmos awalnya berspekulasi jika kesalahan terjadi pada pendorong roket yang tidak terpisah dengan benar dari pesawat ruang angkasa.
Tetapi melalui Kantor berita Rusia TASS, Roscosmos mengatakan bahwa mesin sensor yang memantau proses perpisahan roket mengalami deformasi sekitar enam derajat.
Seperti dilansir Telset.id dari The Verge, Jumat (02/11/2018), perubahan itu dikatakan berpengaruh terhadap pendorong roket atau Booster sehingga Booster menabrak tangki bahan bakar.
Kepada wartawan Kepala Investigasi Roscosmos Rusia, Oleg Skorobogatov, mengatakan bahwa dua roket Soyuz tambahan bisa jadi memiliki masalah yang sama.
Sedangkan pihak Roscosmos merilis video dari luar roket yang menunjukkan momen ketika pendorong tersebut menabrak tangki yang membuat roket gagal meluncur.
Kerusakan tersebut kabarnya sudah diperbaiki oleh pihak Roscosmos karena mereka akan meluncurkan roket Soyuz pada 16 November untuk membawa pasokan ke stasiun luar angkasa internasional (ISS). Jika berhasil maka peluncuran berikutnya dari roket Soyuz juga dijadwalkan pada 3 Desember.
Sebelumnya peluncuran roket Soyuz ke ISS gagal setelah mengudara sejauh 20 mil atau baru sekitar 30 km dari lokasi peluncurannya di Kazakhstan. Untungnya para astronot berhasil lolos dari maut berkat kapsul penyelamat.
Misi gabungan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) ini gagal akibat adanya kesalahan teknis dari salah satu bagian roket Soyuz.
Untungnya dua astronot yang berada di dalam roket tersebut, yakni Nick Hague (AS) dan Alexey Ovchinin (Rusia) menyadari adanya kesalahan tersebut hanya dalam 1,5 menit setelah peluncuran, sehingga mereka sempat menyelamatkan diri dengan kapsul penyelamat khusus.
Seperti diketahui bahwa Sejak program pesawat ulang-alik berakhir pada tahun 2011, sistem roket Soyuz Rusia telah menjadi satu-satunya cara bagi astronot untuk mengakses ISS. Mereka harus berpacu dengan waktu karena Amerika Serikat sendiri juga sedang merakit pesawat luar angkasa mereka.
Bahkan mereka bersama Boeing dan SpaceX malah sedang merakit pesawat yang mampu membawa warga sipil melalui layanan penerbangan komersilnya. [NM/HBS]