Telset.id, Jakarta – Kepala Eksekutif Twitter, Jack Dorsey dikritik netizen karena mempromosikan Myanmar sebagai tujuan wisata. Padahal, seperti diketahui, ada banyak tuduhan mengenai pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut.
Dalam serangkaian tweet-nya, Jack Dorsey mengatakan dia telah melakukan perjalanan ke Myanmar utara, November lalu untuk meditasi.
“Orang-orang penuh sukacita dan makanannya luar biasa,” kata Dorsey yang memiliki 4 juta pengikut di Twitter.
Bukannya direspon positif, cuitannya itu malah menuai kritik dari sejumlah netizen. Beberapa di antaranya menuduh Dorsey mengabaikan penderitaan minoritas muslim Rohingya.
Sepeti diketahui, tahun lalu, militer Myanmar melancarkan tindakan keras setelah militan muslim Rohingya melakukan serangan terhadap beberapa pos polisi. Akibatnya, ribuan warga sipil tewas.
Organisasi hak asasi manusia mengatakan tentara telah membakar sejumlah lahan dan melakukan pembunuhan sewenang-wenang, serta melakukan pemerkosaan terhadap warga.
{Baca juga: Facebook Akui Belum Mampu Redam Kekerasan di Myanmar}
“Menulis iklan pariwisata gratis bagi mereka saat ini adalah tindakan tercela,” tulis salah satu pengguna Twitter menanggapi kicauan Dorsey.
“Ada orang tuli di sini … wow,” kata pengguna Twitter lainnya.
“Ini adalah rekomendasi yang sangat tidak bertanggung jawab. Apakah dia tidak memperhatikan berita dan seruan di platformnya sendiri?” kata seorang netizen.
Tindakan keras dari militer Myanmar telah memicu eksodus besar-besaran. Lebih dari 700.000 masyarakat Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, untuk menghindari kekerasan dan penghancuran rumah mereka.
PBB menggambarkan operasi itu sebagai contoh dari upaya pembersihan etnis. PBB juga mengatakan para pejabat senior di Myanmar harus diselidiki dan diadili atas tindakan genosida di negaranya.
Untuk diketahui, pihak militer Myanmar sebelumnya telah membersihkan diri dari semua kesalahan dan menolak tuduhan PBB.
{Baca juga: PBB: Facebook Sumbang Kekerasan Etnis di Myanmar}
Mohammed Jamjoom, seorang koresponden untuk Al Jazeera yang telah mewawancarai pengungsi Rohingya, mengaku ia benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, setelah membaca tweet dari Dorsey.
Sebagian besar menyanyangkan apa yang dikemukakan oleh Dorsey, karena dianggap telah bermain-main dengan krisis Rohingya.
Bulan lalu, Facebook mengakui dan setuju dengan laporan yang menemukan bahwa mereka gagal mencegah platformnya digunakan untuk “menghasut kekerasan offline” di Myanmar.
“Media sosial menguatkan genosida dan sementara itu, Jack Dorsey dengan bangga men-tweet tentang meditasi yang menakjubkan yang dia lakukan,” tulis seorang pengguna twitter.
“Ketika anda bermeditasi di Myanmar, apakah anda mendapatkan inspirasi, bagaimana anda akan menghentikan (emerintah Myanmar) dan pendukung mereka menggunakan platform Anda?” Ujar pengguna lain menulis.
Hingga saat ini, Dorsey belum menanggapi kritik dari para netizen. Namun, sebelumnya dia mengatakan akan melacak tanggapan terhadap cuitannya di twitter. [BA/HBS]
Sumber: BBC