Telset.id, Jakarta – Pasien yang sudah sembuh tetapi dinyatakan positif lagi Covid-19 tidak akan menulari. Pernyataan itu ditegaskan oleh peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan.
Bulan lalu, ada laporan yang cukup mengkhawatirkan bahwa pasien sudah pulih dari infeksi virus corona ternyata dinyatakan positif lagi. Pasien tersebut dikhawatirkan dapat menularkan virus ke orang lain.
Namun, ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan menemukan banyak bukti bahwa hal itu tidak perlu dikhawatirkan. Partikel virus mati hanya masih tersisa dalam sistem pasien.
{Baca juga: Obat Covid-19 Ditemukan, Tapi Punya Efek Samping}
Menurut laporan Ubergizmo, seperti dikutip Telset.id, Rabu (20/5/2020), temuan para ilmuwan tersebut bisa menjadi kabar baik bagi negara-negara yang mempertimbangkan untuk melonggarkan kebijakan PSBB.
Sebelumnya, para peneliti juga mengklaim bahwa apa yang disebut dengan pasien kembali positif Covid-19 bisa jadi hanyalah positif palsu. Pasien seperti itu kemungkinan besar masih punya sedikit virus di tubuh.
Karenanya, ketika dites lagi, ia dinyatakan kembali positif Covid-19, tetapi sisa virus di dalam tubuhnya tidak menular. Dengan kata lain, pasien dengan kategori tersebut hanyalah positif palsu virus corona.
Ilmuwan Korea Selatan menggunakan tes RT-PCR untuk mencari materi genetik Covid-19 selama pengujian. Meskipun dianggap sebagai satu cara pengujian virus yang lebih akurat, tes semacam itu tidak sempurna.
Menurut Seol Dai-wu, seorang ahli pengembangan vaksin di Universitas Chung-Ang Seoul, mesin tes RT-PCR tidak dapat membedakan antara partikel virus yang menular dengan partikel virus corona yang tidak menular.
Saat ini belum ada vaksi atau obat Covid-19. Dokter pun hanya dapat mengobati gejala yang muncul, seperti demam, batuk, pusing, dll. Namun seorang dokter bernama Jacob Glanville percaya bahwa dalam waktu beberapa bulan ke depan obatnya akan ditemukan.
Seperti dikutip Telset.id dari Ubergizmo, Selasa (7/4), dokter bernama Jacob Glanville percaya bahwa dalam waktu beberapa bulan ke depan, kemungkinan besar ada rencana perawatan untuk kasus Covid-19.
{Baca juga: Obat Covid-19 Baru Siap September 2020?}
Glanville adalah pendiri sekaligus CEO perusahaan biotek bernama Distributed Bio. Ia juga anggota Dewan Penasihat Ilmiah untuk program bioteknologi UCSF. Baru-baru ini, ia nongol dalam film dokumenter Netflix.
Tak cukup, Glanville pun dikenal karena penelitiannya untuk vaksin flu universal. Nah, kepada publik, Glanville mengklaim bahwa perusahaannya telah mengembangkan pengobatan potensial untuk penanganan Covid-19. [SN/HBS]