Telset.id, Jakarta – Peneliti asal Tufts University di Massachusetts, Amerika Serikat, mengembangkan plester luka pintar. Fungsinya untuk mengobati luka kulit, luka diabetes, dan kondisi medis lain.
Dilansir Daily Mail, plester luka tersebut membantu pemulihan kulit secara alami yang disebabkan oleh berbagai penyakit. Menggunakannya, luka kulit yang selama ini suit ditangani bakal bisa disembuhkan.
Plester pintar dilengkapi sensor pengukur kelembaban dan suhu kulit. Sensor itu juga berguna untuk mendeteksi infeksi dan inflamasi kulit sekaligus menyebarkan obat ke luka sesuai dengan dosis tepat.
Pengembangan pletser pintar oleh tim peneliti telah dimuat dalam jurnal Small. Di Sana dinyatakan bahwa plester pintar tersebut mampu meningkatkan daya penyembuhan alami kulit dengan bantuan sensor.
Baca juga: Ibu Ini Kaget, Bayi di Dalam Rahimnya Pakai “Headphone”
“Kami mengaplikasikan perpaduan teknologi modern dan kuno dengan harapan meningkatkan dampak pengobatan untuk luka kulit yang sulit diatasi,” ujar Sameer Sonkusale, profesor di Tufts University.
Kelembaban atau PH dalam luka kulit kronis wajib diperhatikan dalam proses pengobatan. Luka normal akan berkadar pH 5,5 hingga 6,5. Luka yang tak bisa disembuhkan akan memiliki PH di atas 6,5.
Suhu juga perlu dipantau untuk mengetahui kadar inflamasi di sekitar luka. Sensor akan mengukur suhu dan PH, kemudian melepas antibiotik. Komponen plester dipilih yang berharga murah dan mudah diganti.
Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Kornea Mata Pakai Printer 3D
Sebelumnya, para peneliti dari University of Toronto, Kanada juga sudah mengembangkan printer 3D kulit berukuran portabel. Perangkat itu bisa menempelkan kulit 3D di lengan atau bagian tubuh lain.
Para peneliti mengatakan bahwa alat tersebut adalah printer 3D pertama yang bisa membentuk kulit secara langsung di atas luka dalam waktu cuma kurang dari dua menit.
Para ilmuwan menyatakan, printer yang mudah digenggam maupun dioperasikan itu mampu seketika mencetak lapisan jaringan kulit untuk menyembuhkan dan menutupi luka.
Mereka menambahkan, teknologi yang diterapkan di printer tersebut serupa dengan cangkok kulit. Bedanya, printer 3D buatan para ilmuwan tidak memerlukan kulit sehat dari donor untuk dicangkokkan kepada objek.
Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Printer 3D untuk Sembuhkan Luka di Kulit
Axel Guenther, anggota tim peneliti University of Toronto, mengemukakan bahwa penggunaan printer3D untuk keperluan medis butuh banyak persyaratan dan poin standardisasi.
“Kebanyakan, printer 3D yang ada berukuran besar, bekerja dengan kecepatan rendah, berharga mahal, dan tidak bisa digunakan untuk keperluan klinis. Namun, tidak demikian dengan printer ini,” kata Axel. [BA/HBS]
Sumber: Dailymail