Telset.id, Jakarta – Pilpres Amerika Serikat (AS) pada 3 November 2020 mendatang bakal menjadi pemilihan pertama di dunia yang memakai teknologi blockchain. Namun, ada kekhawatiran soal keamanan dan penipuan surat suara.
Asal tahu saja, Pilpres AS 2020 akan menggunakan aplikasi smartphone berbasis blockchain. Teknologi pemungutan suara blockchain yang revolusioner tersebut sekarang sedang diujicobakan di kantong-kantong kecil negara di AS. Seperti apa hasilnya?
“Selasa, 3 November 2020 nanti, adalah hari bersejarah tidak hanya untuk integritas surat suara dan sistem pemilihan umum, tetapi juga kebebasan dan republik,” terang Josh Daniels, seorang penduduk Utah, dilansir New York Post.
Seperti dikutip Telset.id, Senin (19/10/2020), hak suara Josh diberikan kepada mantan aktor cilik “Mighty Ducks” yang sekarang menjadi pengusaha mata uang kripto nan sukses sekaligus kandidat presiden independen, Brock Pierce.
{Baca juga: Facebook Hapus 216 Iklan Kampanye Donald Trump}
“Dalam semangat pionir sejati, Utah County terhormat menjadi tempat pertama penggunaan suara blockchain dalam pilpres. Kami bangga negara telah menerapkan teknologi inovatif,” kata Utah County Clerk, Amelia Powers Gardner.
Asal tahu saja, sebagian besar kampanye Pierce fokus kepada dorongan untuk inovasi teknologi guna memecahkan masalah di seluruh negeri dan memastikan AS mempertahankan posisi sebagai pelopor global dalam modernisasi.
“Masalah dengan internet adalah Anda dapat menyalin apa saja. Teknologi internet tidak memungkinkan informasi untuk tinggal di satu tempat. Tapi, blockchain adalah basis data yang tahan dari segala jenis duplikasi,” terangnya.
Daftar via Snapchat untuk Nyoblos di Pilpres AS
Lebih dari satu juta pemilih yang akan berpartisipasi pada pilpres Amerika Serikat (AS) sudah mendaftar di aplikasi Snapchat. Jumlah tersebut didapatkan dalam waktu kurang dari lima minggu sebelum pilpres berlangsung.
Jumlah pendaftar pilpres AS di Snapchat melampaui angka pemilih yang mendaftar dalam pemilihan paruh waktu 2018. Lebih dari setengah atau 56 persen yang mendaftar lewat Snapchat tercatat sebagai pemilih pemula.
{Baca juga: Jutaan Orang Daftar via Snapchat Mau Nyoblos di Pilpres AS}
Juru bicara Snapchat mengatakan, sekitar 4,75 juta pengguna menemukan alat keterlibatan pemilih melalui pertukaran dengan teman. Di antara mereka, sekitar tiga juta berusia antara 18 tahun dan 24 tahun. (SN/MF)