Telset.id, Jakarta – Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah menilai jika polemik status perusahaan asing Ruangguru bisa dibawa ke pengadilan. Pasalnya proyek pemerintah harus didukung oleh perusahaan asli Indonesia.
“Memang katanya milik Singapura tapi faktanya belum ada yang berani gugat. kalo memang itu punya Singapura laporin aja ke pengadilan,” kata Trubus kepada Tim Telset.id pada Kamis (23/04/2020).
Trubus mengakui saat ini muncul polemik jika Ruangguru bukan perusahaan Indonesia. Namun hingga saat ini sifatnya baru dugaan saja. Menurutnya jika memang ada orang yang memiliki data terkait polemik perusahaan asing Ruangguru tersebut maka bisa saja kasus ini dibawa ke pengadilan.
{Baca juga: Kompetensi Startup Mitra Pelatihan Kartu Prakerja Diragukan}
“Kalo berani coba laporin coba. Punya data gak? Laporin aja kalo berani. Daripada menduga-menduga, menyangka-nyangka soal kepemilikan Ruangguru,” tutur Trubus.
Menurutnya banyak peraturan pemerintah atau dasar hukum yang menyatakan jika pihak asing tidak boleh terlibat dalam proyek yang dilakukan pemerintah. Artinya jika ada bukti bahwa Ruangguru adalah perusahaan asing, maka bukti tersebut bisa dibawa ke pengadilan untuk ditindaklanjuti.
“Dasarnya adalah proyek pemerintah tidak boleh pihak asing. Inikah proyek pemerintah bukan proyek swasta gitu. Sebenarnya ga boleh karena penyelenggara pelaksana harus dari perusahaan anak negeri. Tapi sekali lagi jangan prasangka-prasangka,” saran Trubus.
Sebelumnya muncul kabar yang menyebutkan Ruangguru perusahaan asing. Karena status ‘perusahaan asing’, startup edutech yang didirikan tahun 2014 ini dinilai tidak berhak menjadi mitra pelatihan Kartu Prakerja yang adalah merupakan program pemerintah yang menggunakan anggaran negara.
{Baca juga: Telkomsel Hadirkan “Paket Ilmupedia” untuk Akses Ruangguru dkk}
Lewat akun Instagramnya, Belva sudah memberikan tanggapannya soal kabar kepemilikan Ruangguru yang menyebutkan perusahaan asing. Ia tidak menyangkal kalau Ruangguru merupakan perusahaan penanaman modal asing (PMA) asal Singapura. Tapi ia membantah jika mayoritas sahamnya dimiliki oleh investor Singapura.
“Tidak benar (mayoritas saham dimiliki investor Singapura). Ya Ruangguru Pte Ltd yang di Singapura ya punya saya juga, kami juga punya pegawai di Singapura. Selain di Singapura, kami juga ada ratusan pegawai di Vietnam dan juga di Thailand. Semuanya punya saya, anak muda kebangsaan Indonesia,” tulis Belva di akun Instagramnya, Rabu (22/4/2020).
Seperti dikutip dari Kontan.co.id, berdasarkan data profil perusahaan dari Administrasi Hukum Umum (AHU) dari Kementerian Hukum dan HAM, badan hukum Ruangguru bernama PT Ruang Raya Indonesia. Mengacu pada surat pengesahan anggaran dasar pada 17 Maret 2020, Ruang Raya Indonesia tercatat sebagai perusahaan penanaman modal asing (PMA).
Ruang Raya Indonesia memiliki modal dasar Rp 2 triliun. Nilai tersebut terbagi atas 20 juta unit saham dengan harga Rp 100.000 per saham. Adapun jumlah modal disetor dan ditempatkan penuh senilai Rp 649.440.900.000 yang terbagi dalam 6.494.409 unit saham.
Masih berdasarkan data yang sama, Ruangguru dimiliki oleh dua pemegang saham. Yang menarik, tidak ada nama Belva dalam jajaran pemilik saham Ruang Raya Indonesia.
Mayoritas saham Ruang Raya Indonesia dimiliki oleh Ruangguru Pte Ltd. Perusahaan ini tercatat memiliki 6.494.309 unit saham atau setara 99,99% saham Ruang Raya Indonesia. Alhasil, Ruangguru Pte Ltd merupakan pemegang saham mayoritas Ruang Raya Indonesia.
Ruangguru Pte Ltd beralamat di 6 Battery Road #38-04, Singapura, 049909. Perusahaan asal Singapura itu menyetor modal Rp 649.430.900.000.
Selain Ruangguru Pte Ltd, pemegang saham Ruang Raya Indonesia adalah Muhammad Iman Usman. Pria kelahiran Padang, 29 tahun lalu itu memiliki 100 unit saham atau setara sekitar 0,01% saham Ruang Raya Indonesia. Porsi kepemilikan saham Co-Founder sekaligus Chief of Product Ruangguru itu setara dengan setoran modal senilai Rp 10 juta.
Selain pemilik saham, data AHU Kemkumham itu juga mengungkap posisi direktur dan komisaris perusahaan ini. Di jajaran direksi Ruang Raya Indonesia, berisi dua nama. Belva Devara menjabat direktur utama, serta Iman Usman di posisi direktur.
Sementara posisi komisaris ditempati oleh tiga orang. Salah satunya adalah Willson Cuaca yang menjabat komisaris utama. Nama Willson Cuaca sudah tidak asing di dunia startup. Dia merupakan pendiri dan managing partner perusahaan modal ventura bernama East Ventures. Bersama Batara Eto, dan Taiga Matsuyama, Willson mendirikan East Ventures tahun 2009.
{Baca juga: Ruangguru Perusahaan Asing dari Singapura? Ini Faktanya}
Berdasarkan penjelasan di situsnya, tahun 2019, East Ventures, melalui EV Growth, berhasil menjaring dana investasi sekitar US$ 250 juta. Dana tersebut antara lain disuntikkan ke Ruangguru, Sociolla, Shopback, Koinworks dan sejumlah start up lain.
Selain di perusahaan tersebut, East Ventures juga berinvestasi di Tokopedia, Traveloka, maupun Tech in Asia dan IDN Media. Ke depan, “Kami berencana menyalurkan US$ 325 juta untuk startup Asia Tenggara, untuk perusahaan tahap awal (seed stage) maupun tahap lanjutan (growth stage),” tulis Willson, Desember 2019.
Di luar nama Willson, ada nama Ashish Saboo yang tercatat menjabat komisaris Ruang Raya. Dia merupakan Managing Director General Atlantic (GA) untuk Indonesia.
Pria berkewarganegaraan India ini juga sudah tak asing dengan Indonesia. Sebelum bergabung dengan GA, Saboo menjabat Direktur Pengembangan Bisnis CT Corpora, grup usaha milik Chairul Tandjung, selama 12 tahun. Dia juga sempat menjabat Executive Director Pricewaterhouse Coopers (PwC) Jakarta.
GA sendiri adalah sebuah firma pemodal swasta (private equity) yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Tahun lalu, bersama East Ventures dan GGV Capital asal Amerika, GA membenamkan US$ 150 juta ke Ruangguru.
Nama terakhir yang duduk di Komisaris Ruang Raya adalah Seah Kian Wee. Pria berkewarganegaraan Singapura ini merupakan Chief Executive Officer (CEO) dan Managing Director Uob Venture Management Pte Ltd (UOBVM).
Tahun 2017, UOBVM, anak usaha United Overseas Bank Limited Singapura, berinvestasi ke Ruangguru melalui pendanaan Seri B, tanpa menyebutkan nilainya. Namun berdasarkan berita Dealstreet Asia yang dikutip oleh Tech In Asia, UOBVM membenamkan dana sekitar US$ 7 juta hingga US$ 8 juta ke Ruangguru. [NM/HBS]