Perjuangan Eric Yuan Bangun Zoom Hingga Jadi Miliuner

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Utang Sana-sini

Setelah cabut dari Cisco, Yuan mencoba membuat aplikasi bernama Zoom. Tapi, ia kesulitan untuk meyakinkan investor mana pun guna mendukung pendanaan usaha barunya. Terpaksa, ia meminjam uang sana-sini, terutama dari teman dan keluarga untuk bisa meluncurkan Zoom.

“Para investor berpikir pasar aplikasi konferensi video sudah sangat ramai. Kata mereka, permainan di pasar aplikasi tersebut telah berakhir. Namun, saya tidak patah semangat. Justru, saya mencoba selalu menyemangati diri sendiri. Satu di antaranya kerap memasang screensaver penyemangat.

Istri Yuan sendiri awalnya mempertanyakan keputusannya untuk meninggalkan Cisco, padahal posisinya sudah sangat mapan di perusahaan raksasa teknologi itu.

“Saya mengatakan kepada istri, saya tahu ini perjalanan yang panjang dan sangat sulit. Tapi, jika tidak mencobanya, saya akan menyesali di kemudian hari,” tutur Yuan kepada Forbes.

Insting bisnis Yuan ternyata terbuktik benar. Aplikasi Zoom yang ia ciptakan akhirnya mendapat respon luar biasa dan booming. Yuan membuat inovasi baru pada aplikasi video conference sehingga berbeda dengan aplikasi serupa yang sudah ada sebelumnya.

Sekadar informasi, Zoom ciptaan Yuan yang kini sangat kondang dikenal dengan latar belakang virtual. Melakukan konferensi video pakai Zoom, para pengguna memungkinkan untuk membuatnya tampak seolah-olah berada di suatu pantai atau di depan Jembatan Golden Gate, AS.

Kini Yuan akhirnya bisa memetik buah hasil kerja kerasnya. Penggunaan Zoom telah tumbuh 1.900 persen sejak Desember 2019. Sebab, sekolah, universitas, dan perusahaan telah menggeser aktivitas secara online.

Semua tak lepas dari kebijakan pemerintah yang meminta kepada seluruh warga untuk melakukan jarak sosial di tengah wabah virus corona.

Nilai saham Zoom melesat lebih dari dua kali lipat dalam tiga bulan terakhir. Otomatis, kekayaan bersih Yuan ikut terkerek naik. Menurut Bloomberg Billionaires Index, mayoritas kekayaan Yuan senilai USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 125 triliun berasal dari 19 persen saham yang ditanamkan di Zoom.

Yuan kini berada di peringkat 192 dalam daftar 500 orang terkaya di dunia versi Bloomberg. Sebelum 2020, ia bahkan tidak ada dalam daftar orang paling tajir sejagat yang dikeluarkan Bloomberg tersebut.

Rentan Peretasan dan Jual Data Pengguna

Eric Yuan nampaknya masih belum bisa berpuas diri dengan kesuksesannya. Ibarat pepatah, ‘semakin tinggi pohon, semakin kencang angin menerpanya’. Kesuksesan Zoom ternyata juga dibarengi dengan beberapa masalah dan tudingan negatif.

Mungkin karena kepopuleran Zoom yang kian meningkat dan bertambahnya jumlah pengguna yang memakai aplikasi tersebut, membuat peretas mulai bergerilya menyerang aplikasi buatannya.

Hacker dikabarkan memanfaatkan situasi work from home untuk meraup keuntungan. Dilaporkan, hacker mengganggu pengguna aplikasi video conference Zoom dengan mengunggah gambar porno, ujaran kebencian, dan bahasa bernada mengancam.

Divisi Agensi FBI Boston menyebutkan telah menerima banyak laporan tentang konferensi video yang diganggu oleh gambar-gambar porno, ujaran kebencian, serta bahasa bernada mengancam, seperti dilansir New York Post.

Setidaknya ada dua contoh yang disebut “Zoom-bombing” di Massachusetts, termasuk seseorang yang meretas rapat sekolah dan mempertontonkan tato swastika.

{Baca juga: Zoom Bantah Jual Data Pribadi Pengguna ke Facebook}

Dalam insiden lain, seorang hacker masuk ke kelas online menggunakan aplikasi telekonferensi. Hacker itu meneriakkan kata-kata kotor dan berteriak-teriak tentang alamat rumah guru.

Di Upstate New York, pertemuan Dewan Kota Esopus pada Senin (31/01) waktu setempat terganggu oleh sekelompok hacker yang menggunakan kata-kata rasis dan menampilkan screenshot situs grup kebencian.

Selain masalah peretasan, Zoom dituding menjual data pribadi pengguna ke Facebook, dan juga secara diam-diam mengambil data pengguna LinkedIn lewat fitur khusus.

Zoom rupanya memiliki fitur data mining atau fitur yang mampu menambang data secara otomatis. Aplikasi tersebut mencocokan nama dan alamat email seseorang untuk keperluan login dengan profil LinkedIn mereka.

Diterpa isu tak sedap soal privasi data, pihak Zoom akhirnya buka suara. Mereka secara tegas membantah dan meyakinkan pengguna kalau mereka tidak jual data ke Facebook.

{Baca juga: Upss! Zoom Ketahuan Ambil Data LinkedIn Milik Pengguna}

Chief Legal Officer Zoom, Aparna Bawa meyakinkan bahwa mereka sama sekali tidak jual data pengguna dalam bentuk apapun kepada Facebook. Menurutnya, Zoom memang melakukan perubahan kebijakan privasi namun hanya berlaku untuk bahasa yang mereka gunakan.

Terlepas dari benar tidaknya masalah tersebut, Eric Yuan patut diberi acungan jempol atas kerja kerasnya membangun Zoom. Berkat aplikasi video conference yang dia ciptakan, Yuan berhasil meraup Rp 66,68 triliun, dan menjadikannya sebagai miliuner baru. [SN/HBS]

 

45 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI