Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Jika Anda berpikir belanja negara hanya urusan infrastruktur dan bantuan sosial, siap-siap terkejut: pengadaan elektronik untuk sektor publik ternyata diam-diam menelan anggaran hingga puluhan triliun rupiah. Dan di balik layar, ASUS muncul sebagai pemain kunci yang siap menancapkan kuku lebih dalam di ranah ini.

Fenomena ini bukan sekadar soal angka. Ini adalah cermin dari pergeseran strategis dalam prioritas belanja negara. Sejak 2022, anggaran pengadaan pemerintah stabil di angka fantastis: Rp1.200 triliun per tahun. Sebagian besar dana ini dialokasikan untuk mendukung program-program prioritas seperti digitalisasi pendidikan dan penyediaan makan bergizi gratis. Dua sektor yang – seperti Anda tahu – sangat bergantung pada perangkat teknologi, mulai dari laptop hingga smartboard.

TKDN: Antara Regulasi dan Realita Pasar

Namun, ada satu faktor kunci yang memengaruhi siapa yang bisa meraih kue anggaran jumbo ini: Tingkat Komponen Dalam Negeri, alias TKDN. Di atas kertas, aturan mainnya sederhana. Produk yang memiliki TKDN di atas 40% wajib diprioritaskan oleh instansi pemerintah. Produk impor? Silakan antre di belakang.

Tapi apakah sesederhana itu? Tentu tidak.

Bocoran dari pelaku industri menunjukkan bahwa penerapan TKDN masih menyisakan ruang interpretasi. “Tidak semua produk di e-katalog sudah memenuhi 40%. Labelnya ada, tapi verifikasi tetap dari Kemenperin, bukan LKPP,” ujar Yulianto Prihhandoyo, Direktur Pasar Digital Pengadaan LKPP. Artinya, ruang bermain masih terbuka bagi mereka yang bisa berakrobat dengan rantai pasok dan ekosistem lokal.

ASUS, misalnya, membaca peluang ini dengan sangat jeli. Mereka terus menambah kandungan lokal – dari port, solid capacitor, hingga baterai – sambil menyesuaikan diri dengan infrastruktur manufaktur yang masih bertumbuh di Indonesia. Target mereka jelas: menjadi nomor 1 di pasar komersial dalam tiga tahun ke depan.

Content image for article: Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

Gempuran Strategis ASUS: Dari Digitalisasi hingga Perang Dagang

Tentu saja, ini bukan hanya soal TKDN. Ada kekuatan geopolitik yang ikut mendorong ASUS naik kelas di pasar Indonesia. Trade war antara Tiongkok dan Amerika Serikat memicu relokasi besar-besaran fasilitas produksi dari China ke negara-negara Asia Tenggara – termasuk Indonesia. ASUS memanfaatkan momen ini untuk memulai ekspor dari Indonesia, menyisipkan ambisi global di balik strategi lokal.

Dari sisi permintaan, timing mereka nyaris sempurna. Windows 10 resmi pensiun, memaksa instansi pemerintah dan sektor pendidikan untuk melakukan refresh perangkat ke Windows 11. Efek domino ini mendorong lonjakan permintaan laptop baru. “Secara year-on-year, pertumbuhan kami mencapai 300%. Tahun ini target kami dua kali lipat dari sebelumnya,” kata Yulianto Hasan, Director of Commercial Products ASUS Indonesia.

Dan ini bukan gertakan. Tahun lalu saja, menurut data yang dibagikan LKPP, angka penjualan ASUS di sektor komersial mencapai Rp675 miliar. Jumlah yang cukup untuk membuat banyak vendor lain berkeringat. “Angka tersebut tak semuanya berasal dari seri komersial, ada produk konsumer juga di dalamnya,” jelas Yulianto Hasan, di acara peluncuran perangkat seri Expert terbaru di Batam.

Content image for article: Pengadaan Laptop Pemerintah Bernilai Triliunan, ASUS Siap Jadi Raja Baru?

Dari Raja Konsumen ke Raksasa Komersial

Selama ini, Anda mungkin mengenal ASUS sebagai brand yang mendominasi rak laptop konsumer di toko-toko elektronik. Tapi mereka tak mau berhenti di situ. Dengan strategi yang menyasar kebutuhan sektor swasta seperti onsite service dan accidental damage protection, ASUS menjajaki transisi dari pemain ritel menjadi penyedia solusi enterprise.

Apakah ini berarti mereka akan bangun pabrik sendiri di Indonesia? “Belum terlihat visibilitasnya,” ujar Yulianto Hasan, sambil menambahkan bahwa mereka masih memantau perkembangan ekosistem lokal. Namun satu hal pasti: ASUS sudah mencatatkan TKDN 40% sejak tahun lalu. Dan ini baru permulaan.

Refleksi: Indonesia di Persimpangan Jalan Industri

Narasi ASUS di Indonesia sejatinya adalah refleksi dari dilema yang lebih besar: antara ambisi industrialisasi dan kenyataan deindustrialisasi. Dalam dua dekade terakhir, banyak perusahaan besar hengkang dari Indonesia. Tapi kini, di tengah gejolak global, muncul peluang untuk membalikkan arus.

Pertanyaannya: apakah kita siap?

Jika regulasi TKDN terus dikawal secara konsisten, dan ekosistem manufaktur diberdayakan serius, bukan mustahil Indonesia bisa menjadi pusat produksi teknologi di Asia Tenggara. Dan jika ASUS bisa bertahan – bahkan berkembang – di tengah badai geopolitik dan regulasi yang dinamis, bukan tak mungkin mereka akan menjadi contoh sukses dari strategi yang start small, think big.

Bagaimana menurut Anda, apakah langkah ASUS ini sinyal kebangkitan industri elektronik nasional – atau hanya fatamorgana strategis semata?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI