Pekerja Amazon di Eropa Kompak Mogok pada Black Friday

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta Black Friday biasanya disambut sukacita di Amerika Serikat (AS), karena merupakan momentum diskon besar-besaran tahunan, tepat seminggu pasca hari Thanksgiving di negara Adidaya tersebut. Tetapi tidak bagi para pekerja Amazon, karena mereka justeru melakukan aksi mogok kerja di seluruh Eropa pada Black Friday.

Dilansir Engadget, Sabtu (24/11/2018), para pekerja Amazon mogok kerja sebagai uangkapan protes terhadap kondisi kerja mereka yang dianggap tidak adil.

Aksi demosntrasi senyap serupa dilakukan pekerja Amazon di Spayol, Italia, Jerman dan Inggris pada awal Juli lalu yang memprotes masalah pembayaran dan keamanan bekerja.

Terkait pemogokan masal pekerjanya di Eropa, Amazon mengatakan pada Guardian bahwa hal itu tidak menghambat upaya pengiriman barang pesanan konsumen di seluruh benua Biru tersebut.

Di gudang atau pusat pasokan barang Amazon dekat Madrid, 90 persen dari 1.800 pekerjanya melakukan mogok selama dua hari untuk mengganggu salah satu periode penjualan terbesar perusahaan itu. Akibatnya, Amazon mengalihkan pesanan ke 22 depot lainnya di negara tersebut.

Sementara itu serikat GMB melakukan protes di lima gudang Inggris atas kondisi keamanan yang dinilai kurang memadai. Mereka mengatakan sakit kronis merupakan keluhan umum dan mencatat ada 600 kali ambulan dipanggil untuk merawat cedera pekerja Amazon selama tiga tahun hingga Mei di pusat pasokan mereka.

Amazon mengatakan kepada Gizmodo Inggris bahwa semua lokasi gudang dan kantor mereka adalah”tempat aman untuk bekerja.”

Mereka mengutip data dari Health and Safety Executive di Inggris yang menyatakan bahwa perusahaan ini memiliki angka cedera sekitar 40% lebih sedikit daripada rata-rata dari perusahaan transportasi dan pergudangan lainnya di Inggris.

Pekerja di dua depot di Jerman juga ikut mogok karena mereka telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan upah yang lebih baik, yang menurut serikat Verdi lebih rendah daripada pekerjaan pesanan-surat dan ritel lainnya.

Perusahaan teknologi dan ritel AS itu menepis tuduhan tersebut dengan mengatakan kepada Associated Press bahwa pekerja pusat logistik di Jerman menerima jumlah upah yang relatif tinggi.

Tahun lalu, para pekerja Amazon di Jerman dan rekan mereka di Italia juga melakukan aksi protes saat berlangsungnya Black Friday. Perusahaan besutan Jeff Bezos ini sering menghadapi kritik atas kondisi kerja yang dilaporkan buruk, terutama di gudang pasokannya.

Bulan lalu Amazon mengumumkan kenaikan upah minimum untuk pekerja AS menjadi US$ 15 atau Rp 218 ribu / jam. Namun, banyak karyawan lama dilaporkan hanya menerima kenaikan upah US$ 1 / jam, sedangkan karyawan baru menerima kenaikan upah yang lebih besar. [WS/HBS]

Sumber: Engadget

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI