Barengan Mogok Kerja, Ada Apa dengan Karyawan Amazon Eropa?

Telset.id, Jakarta – Karyawan gudang Amazon di Jerman, Spanyol dan Polandia melakukan aksi unjuk rasa dengan mogok kerja menuntut kondisi kerja yang lebih baik. Para karyawan gudang pasokan barang perusahaan itu memprotes peningkatan jam kerja tanpa adanya kompensasi bonus, serta kurangnya perlindungan terhadap kesehatan.

Pimpinan Serikat Buruh Jerman, Verdi Stefanie Nutzenberger, yang menyerukan pemogokan, mengatakan bahwa perusahaan asal Amerika tersebut tidak memerhatikan kondisi kesehatan karyawannya.

“Pesannya jelas – sementara raksasa online menjadi kaya, itu menghemat uang untuk kesehatan para pekerjanya,” ujar Nutzenberger dalam aksi unjuk rasa tersebut, seperti dilansir engadget, Selasa (17/7/2018).

Menurut harian The Washington Post, 1.800 pekerja Amazon di Spanyol melakukan mogok kerja pada awal pekan ini dan aksi protes di negara itu diperkirakan akan berlangsung hingga Rabu esok, (18/7). Ribuan pekerja di enam gudang pasokan raksasa teknologi itu di Jerman berencana melakukan aksi protes di jalan, sedangkan karyawan di Polandia tetap akan melakukan unjuk rasa, walau minimal, untuk tetap bisa bekerja.

Ini bukan pertama kalinya karyawan gudang Amazon melakukan aksi protes. Karyawan pusat distribusi di Jerman dan Italia juga berujuk rasa di jalanan pada Black Friday tahun lalu karena masalah gaji dan bahaya kesehatan di tempat kerja.

Laporan mengenai kondisi kerja yang keras di pusat distribusi perusahaan sering muncul sejak beberapa tahun lalu, termasuk cerita dari orang-orang yang mengklaim mereka terluka di tempat kerja dan pingsan karena kelelahan.

Awal tahun ini, Dewan Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyebut Amazon sebagai salah satu tempat paling berbahaya untuk bekerja di Amerika Serikat (AS), dengan menyebutkan tujuh kematian pekerja rumah tangga sejak 2013.

Perusahaan bersikeras bahwa pekerjaan di pusat pasokannya memiliki gaji dan tunjangan yang kompetitif, dengan pekerja berpenghasilan 12,22 euro (US$ 14,31) atau setara Rp 205ribu per jam atau lebih setelah dua tahun.

“Kami percaya bahwa pekerjaan pusat pasokan Amazon adalah pekerjaan sangat baik yang menyediakan tempat bagus untuk mempelajari keterampilan untuk memulai dan mengembangkan karir,” kata juru bicara Amazon.

Amazon juga percaya hanya sebagian kecil dari 12.000 pekerjanya di Jerman akan keluar berujuk rasa dan aksi itu tidak akan mempengaruhi penjualan Prime Day. Harian itu mengatakan acara Prime Day diperkirakan menghasilkan US$ 3,4 miliar atau mencapai Rp 48 triliun tahun ini, jadi tidak mengherankan jika perusahaan itu tidak peduli.

Selain itu juru bicara Amazon telah menghubungi dan memberi tahu Engadget bahwa perusahaan ini adalah perusahaan yang adil dan bertanggung jawab serta berkomitmen untuk berdialog.

Amazon bangga telah menciptakan lebih dari 130.000 pekerjaan baru dalam satu tahun terakhir saja. Ini adalah pekerjaan yang baik dengan gaji yang sangat kompetitif dan manfaat penuh. Salah satu alasan kami dapat menarik begitu banyak orang untuk bergabung dengan kami adalah bahwa jumlah kami satu prioritas adalah untuk memastikan lingkungan kerja yang positif dan aman,” jelasnya.

“…kami mengembangkan proses dan teknologi baru untuk membuat peran di fasilitas kami lebih ergonomis dan nyaman untuk rekan kami, dan kami menyelidiki setiap dugaan kami disadarkan dan memperbaiki hal-hal yang salah. Kami percaya itu adalah komitmen ini kepada rekan kami dan keunggulan operasional yang menjadikan Amazon tempat paling menarik untuk bekerja di AS, menurut LinkedIn tahunan Daftar Perusahaan Teratas.”

Untuk membuktikan pernyataan tersebut, Amazon mendorong siapa pun untuk melihat sendiri bagaimana rasanya bekerja di pusat pasokan Amazon dengan mengikuti tur dengan mendaftar dan memelajari lebih lanjut di amazonfctours. [WS/IF]

Sumber: Engadget

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI