JAKARTA – Powerbank merupakan salah satu penemuan yang penting dalam pergerakan industri smartphone. Perangkat ini merupakan sumber daya untuk baterai cadangan yang tak hanya portabel, tetapi juga murah dan terbukti berguna di saat kritis. Tapi, pernahkah Anda bertanya-tanya, kenapa tenaga Powerbank tidak cukup besar?
Terlepas dari bentuk dan ukurannya yang mudah dibawa kemana-mana, powerbank hadir dengan beragam pilihan kapasitas. Beberapa powerbank memiliki tenaga antara 2.000 mAh hingga 3.000 mAh. Beberapa lagi, bahkan ada yang mencapai 10.000 mAh.
Tapi, ada kalanya tenaga powerbank ini diinterpretasikan salah oleh konsumen. Misalnya, jika daya powerbank 10.000 mAh, maka tenaganya bisa melakukan lima kali charging dibanding powerbank bertenaga 2.000 mAh.
Di dalam sebuah powerbank terdapat baterai Li-Ion dengan kekuatan daya rata-rata 3,7 volt. Padahal, untuk melakukan charging, powerbank harus memiliki output 5 volt.
Ketika masuk ke baterai, akan ada reduski voltase agar memenuhi stabilisasi. Nah, jika output yang masuk ke baterai terlalu besar, maka baterai pun bisa meledak. Pun demikian sebaliknya, jika output yang masuk ke baterai terlalu kecil, maka charging dari powerbank pun akan memakan waktu lama.
Salah satu lagi yang juga harus menjadi catatan di sini adalah, bahwa jika powerbank tidak digunakan, maka kekuatan baterainya pun akan melemah. Sebagai contoh, powerbank yang tidak digunakn sebulan, tapi tiba-tiba kosong isinya.
Selain itu, powerbank juga akan kehilangan daya charging jika ditempatkan di suhu terlalu dingin dan terlalu panas. Demikian dilansir dari Phonearena, Senin (16/3/2015).
Intinya, tenaga yang dimiliki powerbank tidak selalu sama besarnya dengan daya yang tertera di dalamnya. Dengan kapasitas rata-rata output powerbank sebesar 3,7 V, dan harus memenuhi 5 v untuk melakukan charging, maka powerbank akan kehilangan 10% dayanya.
Tak hanya itu, kekuatan powerbank juga dipengaruhi oleh temperatur dan suhu ruangan. [AI/IF]