Telset.id, Jakarta – Embargo Amerika Serikat (AS) ternyata berdampak pada penjualan ponsel Huawei di Indonesia. Diperkirakan penjualan ponsel Huawei turun hingga 40% dibanding sebelum kebijakan soal larangan Huawei dikeluarkan pemerintah AS.
Pasar ponsel dunia sedang dihebohkan dengan masalah embargo yang diberikan pemerintah AS pada perangkat buatan Huawei. Dengan alasan keamanan nasional, Presiden AS, Donald Trump mengeluarkan aturan melarang menggunakan ponsel buatan Huawei. Alhasil, embargo itu membuat Huawei kelimpungan, karena menghantam penjualan mereka.
Keputusan Trump yang memasukkan Huawei ke daftar hitam perdagangan telah membuat perusahaan asal China tersebut mulai ditinggalkan sejumlah perusahaan raksasa teknologi AS yang menjadi mitranya. Yang paling heboh adalah saat Alphabet sebagai induk perusahaan Google telah menghentikan kerja sama bisnisnya dengan Huawei.
{Baca juga: Ancaman ‘Serangan Balik’ China Bikin AS Ciut, Embargo Huawei Dicabut?}
Keputusan ini membuat perusahaan terancam tidak bisa memanfaatkan berbagai layanan, termasuk software, hardware dan sistem operasi Android, kecuali yang tersedia secara publik melalui lisensi open source.
Sudah jatuh, ketimpa tangga. Mungkin begitulah nasib Huawei sekarang. Setelah banyak perusahaan yang memutuskan kerja sama, data terbaru menyebut jika minat pelanggan pada perangkat Huawei menurun pasca embargo AS diberlakukan.
Kebijakan embargo AS ternyata juga berdampak pada penjualan ponsel Huawei di Indonesia. Diperkirakan penjualan ponsel Huawei turun hingga 40% dibanding sebelum kebijakan soal larangan Huawei dikeluarkan pemerintah AS.
Untuk mengetahui sejauh mana tren penjualan ponsel Huawei di Indonesia, tim Telset.id coba melakukan penelusuran secara langsung ke beberapa pusat penjualan ponsel di Jakarta, yakni ITC Kuningan dan Mall Ambasador Jakarta, pada Kamis (13/06/2019).
Salah seorang penjual yakni Ade dari Milano Cell mengatakan jika embargo AS sangat berpengaruh kepada penjualan ponsel Huawei. Menurutnya, masyarakat khawatir terkait tidak ada lagi dukungan Android untuk smartphone Huawei.
“Berpengaruh karena gak ada yang mau beli lagi. Udah ditawarin gak mau beli, dibilang takut katanya,” ujar Ade kepada tim Telset.id.
{Baca juga: Sistem Operasi Huawei, HongMeng OS akan Meluncur Tahun Ini}
Ade menambahkan, bahwa terjadi penurunan penjualan hingga 40%. Biasanya selama sebulan tokonya mampu menjual hingga 20 unit smartphone Huawei. Namun jumlah itu turun drastis pasca isu dicabutnya Android merebak ke publik.
“Menurun sampai 40%. Biasanya bisa menjual 20 unit sebulan, tapi ketika Android katanya mau dicabut, mulai terjadi penurunan,” tambah Ade.
Hal serupa juga dikatakan oleh Santi dari Gadget Store, konsumen mulai berpaling ke smartphone mereka lain seperti Xiaomi dan Samsung. Menurutnya, terjadi penurunan hingga 50%, karena isu dicabutnya Android.
“Turunnya sampai 50%. Sekarang udah jarang konsumen yang nanya Huawei. Pembeli sekarang lebih banyak yang tanya ponsel Samsung dan Xiaomi, ” terang Santi.
Penyebab penurunan Huawei memang didominasi soal isu embargo AS khususnya dicabutnya Android. Sehingga menurut Teuku dari Zeta Phone, konsumen khawatir jika membeli produk Huawei terbaru, seperti Huawei P30 dan Huawei P30 Pro tidak akan didukung oleh Android.
“Orang awamkan tahunya itu (Android) bakal ditarik dan gak bisa digunain lagi. Sayangnya itu mereka belum tahu juga kabar kepastiannya. Jadi asumsi-asumsi sendiri,” kata Teuku.
Sementara itu, pihak Huawei Indonesia tidak mau memberikan keterangan soal tren penurunan penjualan ponsel Huawei di Indonesia. Hingga tulisan ini dibuat, pihak Huawai Indonesia tidak membalas pertanyaan yang diberikan oleh tim Telset.id.
Sebelumnya situs perbandingan produk, PriceSpy melaporkan bahwa setelah banyak perusahaan yang memutuskan kerja sama, minat pelanggan pada perangkat Huawei menurun pasca embargo AS diberlakukan. PriceSpy menyebutkan bahwa tingkat klik pengunjung mengalami penurunan sebear 26%.
Penurunan ini membawa berkah bagi para pesaing Huawei, khususnya Xiaomi dan Samsung. PriceSpy mengungkapkan jumlah klik pengunjung untuk smartphone Xiaomi dan Samsung mengalami peningkatan cukup signifikan.
Situs PriceSpy melihat terjadi peningkatan klik per tayang sebesar 13% untuk perangkat Samsung, sementara Xiaomi mencatatkan 19% lebih banyak klik dalam jumlah waktu yang sama.
Embargo AS sendiri bermula kala Presiden AS, Donald Trump menandatangani perintah larangan bagi perusahaan-perusahaan AS untuk menggunakan peralatan telekomunikasi buatan perusahaan-perusahaan yang menimbulkan risiko keamanan nasional, khususnya Huawei.
{Baca juga: Dampak Embargo AS, Minat Pelanggan Huawei Menurun}
Padahal sebelum dilakukan embargo oleh AS, minat konsumen terhadap Huawei terbilang cukup besar. Awal tahun 2019 lalu Huawei dilaporkan telah memecahkan rekor pendapatan di segmen bisnis produk konsumen. Capaian ini tak terlepas dari kemonceran bisnis smartphone premium Huawei yang meningkat dalam beberapa kuartal terakhir.
Seperti dilansir Reuters, Huawei mengklaim pendapatan perseroan di segmen itu menembus USD 52 miliar atau Rp 735,4 triliun pada 2018. Pencapaian ini terbilang meningkat, meski dibayangi oleh sentimen global terkait isu keamanan.
Kepala Divisi Konsumen Huawei, Richard Yu menyebut, penjualan perusahaan di segmen bisnis tersebut sendiri melonjak sekitar 50 persen dari realisasi 2017. [NM/HBS]