Telset.id, Jakarta – Kongres Amerika Serikat (AS) nampaknya sangat penasaran dengan rumor rencana Google kembali berekspansi ke China, dengan meluncurkan mesin pencari (search engine) versi sensor di Negeri Tirai Bambu itu.
Dilansir Engadget, Jumat (14/9/2018), 16 anggota kongres dari Partai Demokrat dan Republik ini bahkan mengirim surat ke Google yang menyatakan khawatir terhadap rencana ekspansi raksasa teknologi AS itu.
Namun tidak dijelaskan secara rinci alasan kekhawatiran mereka, apakah terkait dengan kebijakan politik negeri Paman Sam itu atau hal lainnya.
Yang jelas Google sempat dilaporkan beberapa kali menggarap sensor-sensor pencarian untuk diterapkan di China. Negara berpenduduk terbanyak di dunia itu melarang pencarian yang terkait demokrasi, agama, Hak Asasi Manusia (HAM) dan protes.
Baca juga: Google Street View Petakan Polusi Udara
Sebenarnya rumor Google akan kembali ke China ini sudah dibantah oleh CEO Google Sundar Pichai. Dia menyatakan itu baru merupakan langkah eksplorasi awal mereka, dan masih akan berlangsung lama sebelum kelar.
“Masih lama untuk meluncurkan produk mesin pencari di China,” kata orang nomor satu di Google, beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, Google telah menutup mesin pencari mereka di China pada 2010 lalu. Alasan penutupan itu karena layanan Google diwajibkan memasang sensor oleh pemerintah China.
Sebelumnya, para anggota senat di Washington mengkritik keras rencana perusahaan teknologi asal California ini untuk kembali beroperasi di China.
Mereka tak senang karena tak ada perwakilan Google yang hadir pada saat digelar acara dengar pendapat bersama sejumlah eksekutif Facebook dan Twitter pada pekan lalu.
Baca juga: Jaksa Selidiki Kasus Dugaan Pengumpulan Data oleh Google
Sedangkan Presiden Donald Trump menuduh Google menekan media-media besutan kelompok konservatif. Tuduhan itu juga telah dibantah.
Sebelumnya pengadilan Arizona, Amerika Serikat, menyelediki kasus dugaan pengumpulan data lokasi pengguna yang dilakukan oleh Google. Jaksa penuntut umum sedang mempelajari kasus itu, sebelum memberi putusan.
Jaksa memulai penyelidikan kasus tersebut setelah Google diketahui masih mengumpulkan data, bahkan setelah pengguna mematikan menu Location History. Dalam melakukan penyelidikan, jaksa meminta banruan sebuah badan hukum.
Dilaporkan ZDNet, Rabu (12/9/2018), jaksa penuntut umum Arizona, Mark Brnovich, mengaku tengah melakukan penyelidikan intensif untuk mencari kemungkinan pelanggan hukum penipuan konsumen yang dilakukan oleh Google. [WS/HBS]
Sumber: Engadget