Telset.id, Jakarta – Kantor Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Kontrol Ekspor menarik subsidi untuk 1.050 pemilik mobil listrik Tesla Model S, sebesar € 2.000 atau mencapai Rp 33 juta. Ini karena nilai kendaraan tersebut melampaui ambang batas harga yang bisa disubsidi.
Otoritas ekonomi Jerman itu mengatakan hanya kendaraan dengan banderol paling mahal € 60.000 atau setara Rp 1 miliar yang memenuhi syarat menerima bonus lingkungan negara ekonomi terbesar Eropa itu.
Pasalnya, lembaga itu telah menemukan bahwa Tesla membanderol mobil listriknya dengan spesifikasi lebih tinggi dengan harga lebih dari batasan tersebut, sehingga Tesla Model S dihapus dari daftar subsidi pada 30 November 2017.
“Subsidi harus dibayar kembali oleh 800 orang yang menerimanya. Sedangkan 250 pelanggan lain yang telah diberitahu bahwa mereka memenuhi syarat … sekarang tidak akan menerimanya,” kata juru bicara Kantor tersebut, seperti dilansir channelnewsasia.com, Kamis (19/7/2018).
Karena Tesla akan mulai mengirimkan model paling rendahnya di Jerman lagi, pelanggan yang membeli mobil seharga kurang dari € 60.000 dipastikan akan berhak untuk mengajukan bonus lingkungan.
Sebelumnya Tesla meminta para karyawannya untuk tetap fokus dan menjaga stamina mereka, agar target produksi Tesla Model 3 bisa tetap berjalan dengan lancar.
Dilansir dari CNBC, Minggu (15/07/2018), para karyawan Tesla diketahui harus bekerja lembur untuk dapat mengejar target produksi Tesla Model 3. Karenanya, waktu istirahat merekapun menjadi kurang, sehingga perusahaan besutan Elon “Iron Man” Musk ini pun memberikan solusi yang dirasa tepat.
Solusi tersebut adalah disediakannya minuman berenergi Red Bull bagi para karyawan. Tesla secara khusus meminta mereka untuk mengkonsumsi Red Bull supaya mata dan stamina tetap terjaga, sehingga target produksi Tesla Model 3 pun tak akan mengalami kendala.
“Tidak ada yang lebih penting daripada keselamatan karyawan kami yang berjumlah mencapai 40.000 orang. Kami mencoba memperhatikan kerja mereka serta target produksi. Kami tak ingin gagal,” ujar juru bicara Tesla.
Tesla memang sering mendapat laporan tentang kondisi pekerjaan maupun tekanan berat yang harus dialami oleh para karyawan, terutama untuk proses produksi di pabrik yang berbasis di Fremont, California, Amerika Serikat.
Sumber: Channel News Asia