Telset.id, Jakarta – Sangat disayangkan jika masalah politik akhirnya dikaitkan dengan masalah dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung. Kejadian yang menimpa kelompok robotika asal Afghanistan ini menjadi contoh masalah politik telah menghambat cita-cita para remaja berbakat di bidang science, khususnya di dunia robotika.
Tentu menjadi hal yang membanggakan jika bisa bersaing secara global dengan negara lainnya dalam hal teknologi. Namun angan-angan kelompok robotika asal Herat, Afghanistan ini menjadi buyar karena tidak diperbolehkan masuk ke Amerika Serikat (AS) yang menjadi tuan rumah kompetisi robotika First Global Challenge.
Semua itu berawal ketika enam remaja yang tergabung dalam kelompok robotika tersebut ditolak Visa-nya untuk masuk ke AS. Alhasil mereka tak dapat mengikuti kompetisi robotika yang digelar di Washington DC pada pertengahan Juli mendatang.
Padahal, sepeti dikutip dari Forbes, keenam gadis itu telah “mempertaruhkan nyawa” mereka untuk melakukan dua kali perjalanan sejauh 500 mil (sekitar 804 km) untuk mengunjungi Kedutaan Besar AS yang berada di kota Kabul. Seperti diketahui, kota Kabul merupakan daerah rawan konflik yang akhir-akhir ini terjadi beberapa serangan bom bunuh diri.
[Baca juga: Wah, Polisi Dubai Rekrut Robot untuk Patroli Jalanan]
“(Karena ditolak Visa-nya) mereka menangis sepanjang hari,” kata CEO Citadel sekaligus CEO teknologi wanita pertama di Afghanistan, Roya Mahboob yang membantu proyek para remaja kebanggaan Afghanistan tersebut.
Meski tertahan untuk memasuki wilayah Amerika, keenam remaja putri ini tetap bertahan dengan terus berusaha dapat mengikuti kompetisi dari jarak jauh. Kelompok robotika asal Afghanistan ini akhirnya hanya mengirimkan robot mereka ke kompetisi tersebut untuk bersaing dengan 163 robot lainnya dari seluruh dunia.
[Baca juga: 45 Tahun ke Depan, Robot akan Setara Manusia]
Perjuangan mereka patut mendapat apresiasi lebih. Bayangkan saja, dalam proses perancangan robot buatan mereka, kelompok ini mengalami berbagai macam rintangan, termasuk tertahannya komponen penting di Bea Cukai karena kekhawatiran terhadap ISIS yang kabarnya akan memanfaatkan robot di medan perang.
Tapi akhirnya, mereka bisa mengerjakan robot untuk ikut kompetisi First Global Challenge dan melihat robot buatan mereka dari jarak jauh lewat teknologi video conference.
Tim Afghanistan ternyata bukan satu-satunya negara yang “ditolak” masuk ke Amerika untuk kompetisi ini, tim lainnya adalah Gambia yang sejauh ini masih belum mendapatkan persetujuan Visa. (FHP/HBS)