Telset.id, Jakarta – Saat ini terungkap bahwa intelijen dari tentara Israel telah memanfaatkan foto dari Google Photos untuk identifikasi warga sipil palestina yang berhubungan dengan hamas, menurut laporan The New York Times.
Untuk mengidentifikasi hal ini, tentara Israel menggunakan program pengenalan wajah dengan mengintegrasikan Google Photos. Namun, perusahaan tidak berkolaborasi secara langsung dengan pihak Israel.
Pada awalnya program ini hanya digunakan sebagai upaya untuk mencari sandera Israel yang ada di Gaza, Palestina. Tetapi seperti yang biasa terjadi ketika ada teknologi baru di masa perang, maka teknologi ini diperluas fungsinya untuk mengetahui warga di Gaza yang terhubung dengan Hamas atau kelompok militan lainnya.
BACA JUGA:
- Perang Israel-Palestina, Meta Ubah Fitur Komentar di Facebook
- TikTok Hapus Jutaan Akun Palsu Sejak Perang Israel-Hamas
Walaupun teknologi ini memiliki kelemahan, namun tentara Israel dilaporkan tidak mempedulikan kelemahan ini, malah fokus menahan warga sipil yang ditandai oleh sistem tersebut.
Menurut petugas intelijen yang berbicara kepada New York Times, program tersebut menggunakan teknologi dari perusahaan swasta Israel, bernama Corsight. Perusahaan ini berkantor pusat di Tel Aviv, dan mereka menjanjikan sistem pengawasannya dapat secara akurat mengenali orang-orang yang wajahnya kurang dari setengahnya terbuka. I
“Program ini seharusnya bisa efektif mengidentifikasi bahkan dalam sudut ekstrim dari drone, meskipun dalam kondisi gelap atau kualitas gambar yang buruk,” ungkap petugas intelijen.
Di sisi lain, seorang petugas di Unit 8200 Israel mengetahui bahwa, pada kenyataannya, unit tersebut sering kali menemui masalah gambar dengan wajah yang buram, tidak jelas, atau terluka. Pada akhirnya, petugas tersebut mengakui bahwa warga Palestina yang diidentifikasi ini memiliki kekeliruan terhadap hubungan dengan Hamas.
Sementara itu, tiga perwira Israel mengatakan kepada New York Times bahwa pihaknyanya menggunakan Google Foto untuk melengkapi teknologi Corsight.
Para pejabat intelijen diduga mengunggah data yang berisi orang-orang yang diketahui memiliki kepentingan ke layanan Google, sehingga memungkinkan mereka menggunakan fitur pencarian foto di aplikasi tersebut untuk menandai mereka yang masuk dalam daftar pengawasan.
Lebih lanjut, juru bicara Google menegaskan bahwa aplikasi Google Photos hanya mendeteksi wajah dari gambar yang sudah masuk ke dalam galeri pengguna, lapor Engadget.
“Google Photo Foto merupakan aplikasi gratis yang tersedia secara luas untuk umum yang membantu Anda mengatur foto dengan mengelompokkan wajah yang mirip, sehingga Anda dapat memberi label pada orang yang dikenal agar mudah menemukan foto lama. Itu tidak memberikan identitas orang tak dikenal di foto,” tulis Google kepada Engadget.
Salah satu pria yang ditahan secara keliru melalui program pengawasan ini adalah penyair Mosab Abu Toha, yang mengatakan kepada New York Times bahwa dia ditarik ke pos pemeriksaan militer di Gaza utara ketika keluarganya mencoba melarikan diri ke Mesir.
Dia kemudian diduga diborgol dan ditutup matanya, lalu dipukuli dan diinterogasi selama dua hari sebelum akhirnya dikembalikan. Bahkan sebelum dia dikembalikan, tentara yang mengiterogasinya mengatakan ada sebuah kesalahan.
- Cara TikTok Atasi Konten Sesat Soal Konflik Israel-Palestina
- Qualcomm Caplok Pembuat Chip Mobil Asal Israel Autotalks
Mosab juga menegaskan bahwa dia tidak memiliki hubungan dengan Hamas dan tidak mengetahui adanya program pengenalan wajah oleh tentara Israel di Gaza. Yang perlu dicatat adalah selama ditahan di mengatakan mendengar seorang tentara mengatakan telah memakai teknologi baru. [FY/IF]