Telset.id – Bayangkan kehilangan 30 tahun kenangan hidup dalam sekejap. Foto pernikahan, momen kelahiran anak, hingga potret liburan keluarga—lenyap tanpa jejak. Inilah yang dialami seorang pengguna OneDrive baru-baru ini, menjadi pengingat keras betapa rapuhnya data digital kita di era cloud computing.
Kisah ini bermula ketika seorang Redditor memutuskan memindahkan arsip foto pribadi ke Microsoft OneDrive sebagai bagian dari proses migrasi data. Tanpa diduga, akunnya tiba-tiba dikunci oleh Microsoft tanpa penjelasan. Yang lebih memilukan, upaya menghubungi layanan pelanggan justru berujung pada respons otomatis yang dingin—sebanyak 18 kali permohonan diajukan.
Cloud Storage: Kemudahan yang Rentan
Kasus ini menyoroti paradoks layanan cloud. Di satu sisi, platform seperti OneDrive menawarkan kemudahan akses dan konsolidasi data—seperti yang terjadi pada revolusi cloud computing selama pandemi. Namun di sisi lain, ketergantungan berlebihan pada satu penyedia bisa berakibat fatal.
“Ini bukan sekadar tidak etis, tapi berpotensi melanggar hukum perlindungan konsumen,” tulis pengguna tersebut. “Jika ini gudang fisik, ada prosedur hukum yang jelas. Di sini? Tidak ada. Hanya lubang hitam kelalaian korporat.”
Baca Juga:
Strategi Mitigasi Risiko Cloud
Pakar keamanan digital menyarankan tiga lapis pertahanan:
- Backup 3-2-1: Simpan tiga salinan data di dua media berbeda, dengan satu kopi offline
- Enkripsi sebelum upload: Lindungi data sensitif dengan tools seperti VeraCrypt
- Diversifikasi penyedia: Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang cloud
Insiden ini juga mengingatkan pada kebijakan ketat Microsoft terkait keamanan data, yang ternyata bisa berbalik merugikan pengguna. Dalam era dimana teknologi AI mulai menguasai ranah digital, kedaulatan data pribadi menjadi isu krusial.
Pelajaran terbesar dari kasus ini? Cloud storage adalah alat bantu, bukan peti mati digital. Sebelum mempercayakan seluruh memori hidup pada satu platform, pastikan Anda memahami risiko dan selalu siap dengan Plan B.