Meta Izinkan Data Instagram Dipakai Penelitian Kesehatan Mental

Telset.id, Jakarta – Bukan sebuah rahasia lagi bahwa kekhawatiran mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja semakin meningkat. Menyadari pentingnya isu ini, Meta telah memberikan akses kepada sekelompok peneliti untuk memeriksa data Instagram untuk melakukan penelitian kesehatan mental para remaja.

Data yang diizinkan untuk dipakai oleh Meta ini akan digunakan para peneliti untuk menentukan apakah platform media sosial ini memiliki dampak merusak terhadap psikologis pengguna muda.

Melansir dari Engadget, Meta, dalam kemitraan dengan Pusat Sains Terbuka (COS), meluncurkan program percontohan untuk menghasilkan studi independen mengenai dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja. Program ini dikenal dengan nama Uji Coba Akses Data Instagram untuk Penelitian Kesejahteraan.

BACA JUGA:

Tujuan utama program ini adalah untuk melakukan penelitian akademis independen menggunakan data Instagram selama enam bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi hubungan positif atau negatif dari penggunaan Instagram di kalangan remaja dan dewasa muda.

Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis perbedaan dampak positif dan negatif pada populasi besar di seluruh dunia serta mencari penyebab hubungan statistik antara penggunaan Instagram dan kesehatan sosial atau emosional.

Peneliti akan mendapatkan akses ke data yang mencakup pengikut pengguna Instagram, akun yang diikuti, pengaturan akun, dan jumlah waktu yang dihabiskan di platform berbagi foto tersebut.

Namun, mereka tidak akan memiliki akses ke informasi demografi pengguna atau isi dari kiriman dan komentar mereka. Data ini akan berasal dari akun-akun yang berbasis di 24 negara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.

Sementara itu, berbagai penelitian ilmiah telah menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan media sosial dan kondisi kesehatan mental seseorang.

Penelitian oleh para peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), Universitas New York, dan Universitas Stanford menemukan adanya hubungan paralel antara penggunaan media sosial dan kondisi kesehatan mental.

Hal ini semakin mendapat perhatian ketika Arturo Bejar, mantan direktur teknik untuk Protect and Care di Facebook, bersaksi di depan subkomite Kehakiman Senat tentang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh produk-produk media sosial terhadap kaum muda.

Bejar menyatakan bahwa 13 persen pengguna Instagram berusia 13-15 tahun telah menerima pelecehan seksual yang tidak diinginkan. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa putrinya yang berusia 16 tahun mengalami penurunan kesehatan mental setelah menerima komentar negatif di salah satu unggahannya.

Di sisi lain, sebulan sebelum sidang, 41 negara bagian mengajukan gugatan hukum terhadap Meta karena diduga menyesatkan publik tentang sifat adiktif platform seperti Facebook dan Instagram, yang berpotensi menyebabkan kecanduan di kalangan remaja.

“Pengalaman saya, setelah mengirim email itu dan melihat apa yang terjadi setelahnya, adalah bahwa mereka tahu ada hal-hal yang dapat mereka lakukan, tetapi mereka memilih untuk tidak melakukannya dan kita tidak dapat mempercayai mereka untuk mengurus anak-anak kita,” kata Bejar selama sidang.

“Sudah waktunya bagi Kongres untuk bertindak. Saya yakin, buktinya sangat kuat,” tambah Bejar.

BACA JUGA:

Yang perlu dicatat adalah langkah Meta untuk bekerja sama dengan peneliti independen melalui program percontohan ini adalah langkah penting dalam memahami dan mengatasi dampak media sosial terhadap kesehatan mental remaja.

Dengan akses data yang diberikan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam dan solusi yang efektif untuk menjaga kesejahteraan mental pengguna muda di era digital ini.

15 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI