Imbangi Kebutuhan AI, Pusat Data Meta Mau Pakai Tenaga Nuklir

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Meta, perusahaan di balik platform sosial terbesar dunia seperti Facebook dan Instagram, telah mengumumkan rencananya untuk memanfaatkan tenaga nuklir dalam mengoperasikan pusat data di Amerika Serikat.

Langkah ini menunjukkan ambisi besar Meta untuk mendukung kebutuhan energi yang terus meningkat akibat pertumbuhan teknologi dan penggunaan kecerdasan buatan (AI).

Menurut pernyataan resmi, Meta sedang mencari mitra berpengalaman dalam teknologi Small Modular Reactors (SMR) atau reaktor nuklir skala besar. Proyek ini bertujuan untuk menambah kapasitas energi nuklir antara 1 hingga 4 gigawatt, yang diharapkan akan mulai beroperasi pada awal 2030-an.

BACA JUGA:

“Tenaga nuklir memberikan daya beban dasar yang stabil dan dapat diandalkan untuk mendukung kebutuhan energi pusat data kami, sekaligus mendukung masyarakat di sekitar lokasi fasilitas tersebut,” tulis Meta dalam pernyataannya.

Tenaga nuklir sendiri dikenal sebagai salah satu sumber energi rendah karbon yang paling efisien. Dengan meningkatnya kebutuhan daya dari pusat data yang menopang platform-platform besar seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp, Meta memandang tenaga nuklir sebagai solusi jangka panjang yang ramah lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar fosil.

Langkah ini juga relevan mengingat lonjakan permintaan daya yang dipicu oleh teknologi AI. Pusat data modern membutuhkan energi besar untuk menjalankan server, pendinginan, dan berbagai kebutuhan operasional lainnya. Dengan menggunakan tenaga nuklir, Meta berharap dapat mengurangi jejak karbon sembari memastikan keberlanjutan operasionalnya.

Sementara itu, Meta telah membuka permintaan proposal (RFP) kepada pengembang energi nuklir, tanpa membatasi lokasi geografis untuk proyek ini. Ini menunjukkan fleksibilitas Meta dalam menentukan lokasi yang paling sesuai dengan kebutuhan logistik dan lingkungan.

Sebelumnya, perusahaan sempat memiliki rencana untuk membangun pusat data bertenaga nuklir di sebuah lokasi tertentu. Namun, proyek tersebut dibatalkan setelah ditemukan spesies lebah langka di area tersebut, menyoroti komitmen Meta terhadap keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.

Perlu diketahui bahwa Meta bukan satu-satunya perusahaan teknologi yang melirik tenaga nuklir untuk mendukung ambisi energi mereka. Google, misalnya, telah mengumumkan rencana untuk membangun beberapa reaktor nuklir kecil di AS yang akan menghasilkan hingga 500 megawatt energi. Sementara itu, Microsoft juga menjajaki opsi untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir Three Mile Island di Pennsylvania.

Jika berhasil, penggunaan tenaga nuklir oleh Meta dapat menjadi langkah transformatif dalam industri teknologi, sekaligus menjadi preseden bagi perusahaan besar lainnya.

Dengan mengintegrasikan energi nuklir ke dalam operasional pusat data, Meta tidak hanya memenuhi kebutuhan dayanya tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam keberlanjutan teknologi.

Rencana ini juga akan membawa manfaat tambahan bagi masyarakat sekitar, seperti peningkatan infrastruktur listrik dan peluang kerja baru. Di sisi lain, tantangan seperti biaya pengembangan yang tinggi dan regulasi ketat akan menjadi faktor penting yang harus dikelola oleh Meta dan mitra mereka.

Langkah Meta untuk memanfaatkan tenaga nuklir menandai era baru keberlanjutan dalam operasional teknologi. Dengan memanfaatkan sumber daya rendah karbon ini, Meta tidak hanya mengurangi dampak lingkungannya tetapi juga menjawab tantangan energi di era AI.

BACA JUGA:

Langkah ini mencerminkan bagaimana perusahaan teknologi besar mengambil peran aktif dalam mengembangkan solusi energi yang inovatif dan berkelanjutan.

 

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI