Telset.id, Jakarta – Kelompok peretas anonim telah mengklaim berhasil mencuri data warga China. Tidak tanggung-tanggung, hacker mengatakan kalau mereka sukses mengambil data 1 miliar warga di Negeri Tirai Bambu tersebut. Kasus peretasan Data warga China ini menjadi salah satu yang terbesar
China selama ini dikenal kuat dalam hal keamanan siber. Namun, ada kelompok peretas yang mengaku mampu mencuri data 1 miliar warga China. Jumlah yang tidak main-main.
Menurut laporan Bloomberg, kelompok peretas berhasil mendapatkan miliaran data warga China yang dicolong dari database Kepolisian Shanghai, yang memang memiliki data warga untuk keperluan keamanan dan pengungkapan kejahatan.
Menurut informasi data yang dikumpulkan mencapai 23 Terabyte (TB). Dengan jumlah data yang besar, kelompok hacker itu menjual seharga 10 bitcoin atau USD 198.000 atau apabila dikonversi ke rupiah sekitar Rp 2.966.040.000.
BACA JUGA:
- Penghinaan Nabi Muhammad Picu Peretasan 70 Situs India
- India Blokir 54 Aplikasi dan Game Asal China, Termasuk Free Fire
Data yang dicuri mencakup nama, alamat, tempat lahir, nomor ID nasional, dan nomor telepon. Sementara itu The Wall Street Journal melaporkan bahwa peretas memberikan sampel data, yang isinya juga mencakup laporan kejahatan sejak tahun 1995.
Belum jelas bagaimana peretasan Data warga China ini bisa terjadi hingga hacker bisa menyusup ke database polisi. Ada dugaan bahwa mereka mendapatkan akses melalui perusahaan komputasi awan Alibaba bernama Aliyun, yang menjadi host database Kepolisian Shanghai.
Dikutip Telset dari Engadget pada Selasa (5/7/2022), Alibaba sedang menyelidiki kasus ini dan para wartawan yang mendapatkan data terlarang sedang mencoba menghubungi nomor telepon yang ada untuk memastikan keabsahan data.
BACA JUGA:
- Ahli Siber Ungkap Penyebab Kasus Kebocoran Data di Indonesia
- Aplikasi VLC jadi Alat Hacker China untuk Sebar Malware Berbahaya
Pemerintah China belum memberikan tanggapan apapun mengenai kasus peretasan Data warga China ini. Akan tetapi, para ahli keamanan siber yang mengetahui kasus peretasan data menjulukinya sebagai pelanggaran keamanan siber terbesar dalam sejarah China.
Kasus peretasan data memang kerap terjadi di banyak negara. Biasanya kasus ini baru terungkap ketika peretas menjual hasil pencurian data ke pasar gelap.
Di Indonesia sendiri sering terjadi pencurian data baik yang dialami oleh institusi pemerintah atau swasta, dengan jumlah data yang cukup banyak. [NM/HBS]