Telset.id, Jakarta – IBM Indonesia saat ini mengklaim bahwa teknologi AI atau kecerdasan buatan di tahun depan, 2024 akan semakin berkembang pesat dan makin banyak dipakai perusahaan.
Bukan sebuah rahasia lagi, sejak teknologi AI dipakai untuk mempermudah pekerjaan, misalnya seperti ChatGPT dari OpenAI, atau Bing dan Copilot yang digarap oleh Microsoft yang bisa dipakai oleh khayalak luas, pembicaraan pengembangan AI semakin berlanjut.
Beberapa waktu lalu, IBM Indonesia juga pernah mengklaim bahwa AI bisa meningkatkan keamanan siber di Indonesia, untuk menekan kemungkinan pelanggaran privasi data pengguna internet di tanah air.
BACA JUGA:
- NASA dan IBM Garap Model AI untuk Aplikasi Cuaca dan Iklim
- IBM Stop Garap Teknologi Pengenalan Wajah, Kenapa?
Dalam acara IBM 2024 Technology Trends End of Year Media Briefing yang berlangsung di Jakarta pada hari Rabu (13/12/2023), Roy Kosasih President Director IBM Indonesia menegaskan bahwa penggunaan serta pengembangan AI di tahun 2024 akan semakin berkembang.
“Di tahun depan penggunaan teknologi AI akan semakin berkembang pesat, dan bukan semakin menurun. Bahkan, akan banyak perusahaan yang menggunakan teknologi AI dalam mengembangkan usahanya,” tegas Roy.
Dia juga menjelaskan bahwa dalam penerapan teknologi AI dapat membantu perusahaan mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam melakukan sebuah kegiatan.
Sebagai gambaran, Roy mengatakan model AI dari IBM yang bernama WatsonX dapat membantu para karyawan di bagian HRD (Human Resource Development) untuk memilah data berkat model AI Watson.
“Coba bayangkan dengan menggunakan AI kami, perusahaan terutama bagian HR bisa melakukan screening data pelamar pekerjaan dengan mudah, mereka hanya perlu melakukan scanning data dan melihat hasil yang diseleksi AI,” ungkap Roy.
“Sebagai perbandingan, jika pekerjaan ini dilakukan oleh manusia, perlu memakan waktu yang cenderung lebih lama,” tambahnya.
Dari penjelasan tersebut, IBM Indonesia menunjukan bahwa teknologi AI dapat membantu meningkatkan produktivitas karyawan dari sebuah perusahaan, bukan menjadi pengganti manusia, seperti yang ditakutkan banyak orang.
Namun, dalam penjelasannya dia menyoroti bahwa kecanggihan AI pun membutuhkan bantuan dari manusia karena, teknologi tersebut memerlukan bank data yang banyak untuk menjadi lebih cerdas.
BACA JUGA:
- IBM Klaim Generatif AI Bisa Tingkatkan Keamanan Siber Indonesia
- IBM: Hybrid Cloud dan AI jadi Kunci Kesuksesan Selama Pandemi
“Tapi yang perlu jadi catatan adalah teknologi AI yang canggih juga merupakan sebuah model yang memiliki data yang banyak. Dan dalam mengumpulkan data, tentunya masih dibutuhkan input dari manusia,” pungkas Roy.