Telset.id, Jakarta – Mata uang digital atau sering disebut sebagai Cryptocurrency kini menjadi salah satu metode investasi yang paling menguntungkan. Bayangkan saja, saat ini nilai 1 Bitcoin — salah satu mata uang Cryptocurrency — bisa menyentuh angka USD 10 ribu, atau sekitar Rp 135 juta.
Maka tak heran, jika orang-orang kini berbondong-bondong ingin melakukan penambangan Bitcoin. Namun jika Anda orang yang termasuk ingin menjajal menambang Bitcoin, Anda harus tahu resiko yang akan Anda tanggung.
[Baca juga: Rekor! Harga Bitcoin Tembus Rp 108 Juta]
Mengutip dari laman Ubergizmo, kelompok peneliti dari Inggris memaparkan bahwa resiko utama yang harus ditanggung oleh seorang penambang Bitcoin adalah biaya tagihan listrik.
Mereka memaparkan bahwa untuk menambang Bitcoin, para penambang kini sudah menggunakan total listrik setara 20 negara di Eropa. Jika dikonversi menjadi muatan listirk, hal tersebut setara dengan 29,05 tWh (1 tWh = 1 miliar kWh), atau sekitar 0,13 persen pemakaian listrik di seluruh dunia.
[Baca juga: Bukan Emas, Pendiri Apple Pilih Investasi Bitcoin]
Jika dihitung dengan harga per KWh di Indonesia yang mencapai Rp 1.467,28, maka jumlah yang harus dibayarkan setara Rp 42,624 triliun. Sungguh jumlah yang fantastis!
Sebagai informasi, untuk menambang Bitcoin, para penambang harus menggunakan sebuah komputer dengan daya komputasi yang sangat tinggi. Belum lagi, jumlah yang di dapatkan per penambangan pun tidak pasti. Dan sering kali juga para penambang hanya mendapatkan di bawah 1 Bitcoin setelah satu bulan melakukan penambangan. [NC/HBS]