Telset.id, Jakarta – Ilmuwan modifikasi tikus menjadi empat persen manusia. Para ilmuwan mencampur blok bangunan genetik dari dua spesies hewan berbeda. Mereka menyuntikkan sel induk manusia ke dalam embrio tikus.
Hanya lebih dari dua minggu kemudian, dilansir New York Post, para ilmuwan berhasil memiliki lebih banyak embrio tikus dewasa yang berisi hingga empat persen sel manusia.
{Baca juga: Penelitian Antibodi Ungkap Titik Lemah Virus Corona}
Hibrida lintas-spesies yang disebut chimera tersebut sudah lama menjadi bahan fiksi tetapi belakangan menjadi kenyataan. Para ilmuwan di beberapa negara melakukan percobaan.
Sel-sel manusia ditambahkan untuk mengembangkan embrio hewan, tetapi tidak satu pun yang berhasil membuat hewan yang terdiri atas sel manusia sebanyak tikus itu.
Dikutip Telset.id, Minggu (17/5/2020), para ilmuwan memodifikasi sel induk manusia dengan mengubah protein dan membawa sel kembali ke tahap sebelumnya.
Setelah membiarkan embrio berkembang selama 17 hari lebih lanjut, para ilmuwan menemukan bahwa sel manusia telah menyebar ke sebagian besar hewan yang sedang berkembang.
Sel-sel manusia ditemukan dalam jaringan yang akan membentuk jantung dan otak, terutama darah. Namun demikian, tidak semua embrio berkembang dengan cara yang sama.
{Baca juga: Demi Jelajahi Lautan Dunia, Ilmuwan Ciptakan Ubur-ubur Bionik}
Para ilmuwan melakukannya bukan untuk menciptakan hibrida manusia/hewan. Para ilmuwan hanya coba memainkan peran dramatis dalam pengujian perawatan penyelamatan jiwa.
Sebelumnya, para ilmuwan telah menciptakan ubur-ubur bionik. Mereka menanamkan mikroelektronika ke dalam invertebrata laut tersebut untuk memantau dan jelajahi lautan dunia.
Prostetik kecil berukuran 2 cm memungkinkan ubur-ubur bionik ini berenang tiga kali lebih cepat dan lebih efisien tanpa menyebabkan tekanan pada hewan yang tidak memiliki otak, sistem saraf pusat, atau reseptor rasa sakit tersebut.
Prostetik itu sendiri, merupakan kombinasi antara chip, baterai, dan elektroda untuk merangsang otot dan mampu menyebabkan ubur-ubur bergerak lebih sering. Cara kerjanya mirip dengan cara alat pacu jantung.
{Baca juga: Sarung Tangan Ajaib Bantu Pianis Terkenal Main Piano Lagi}
Sebelum melepas ubur-ubur bionik ke lautan, peneliti terlebih dahulu menguji cara bagaimana mengendalikan perginya ubur-ubur, sekaligus mengembangkan sensor kecil yang dapat dipakai untuk melakukan pengukuran kondisi lautan dalam jangka panjang.