GoTo Impact Foundation Gandeng Gandrung Tirta Tingkatkan Produktivitas Kopi Malang 18% dengan IoT dan AI

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan jika teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI) bisa mengubah nasib 200 petani kopi di Malang. Bukan sekadar mimpi, inilah yang diwujudkan GoTo Impact Foundation (GIF) melalui program Gandrung Tirta, meningkatkan produktivitas kopi hingga 18% sekaligus memberdayakan masyarakat desa.

Indonesia, produsen kopi terbesar keempat dunia, ironisnya hanya menempati peringkat ke-14 dalam produktivitas. Di Desa Ketindan, Malang, masalah ini kentara: 200 petani fine robusta hanya mampu memanen 43% potensi hasil. “Ini bukan sekadar soal angka, tapi tentang keberlanjutan hidup petani dan regenerasi pemuda di sektor pertanian,” tegas Monica Oudang, Ketua GIF, dalam peluncuran program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0.

Revolusi Pertanian Kopi dengan IoT dan AI

Gandrung Tirta—kolaborasi empat organisasi (Agroniaga, BIOPS Agrotekno, FAM Rural, dan Rise Social)—menghadirkan solusi tiga dimensi. Pertama, teknologi IoT dan AI memungkinkan petani memantau kesehatan tanaman via data real-time, mengoptimalkan pupuk dan pestisida, serta mengurangi risiko gagal panen. “Ini seperti memberi smartwatch untuk kebun kopi,” ujar Nasrullah Aziz dari Gandrung Tirta.

Limbah Kopi Jadi Emas

Kedua, program pemberdayaan ibu rumah tangga mengubah limbah kulit kopi menjadi produk bernilai tinggi: dompet, bingkai kacamata, hingga jam tangan. Limbah organik lainnya diolah menjadi pupuk cair, padat, bahkan coffee peat sebagai anti-hama. “Kami tak hanya menjual biji kopi, tapi ekonomi sirkular,” tambah Nasrullah.

Regenerasi Petani Muda

Ketiga, pelatihan budidaya berkelanjutan dan kewirausahaan bagi pemuda desa. Targetnya? 80% petani menguasai Good Agricultural Practices dan pendapatan naik 15%. “Pemuda adalah masa depan agribisnis kopi,” tegas Ir. Tomie Herawanto dari BAPPEDA Malang, yang berkomitmen mendukung ekonomi hijau menuju indeks 66,84% di 2045.

Program ini menutup rangkaian CCE 3.0 setelah sukses di Magelang, Lombok Tengah, dan Belitung. “Ini bukti kolaborasi teknologi, SDM lokal, dan gotong royong bisa mengubah wilayah,” tutup Monica. Bagaimana jika inovasi seperti ini direplikasi ke daerah lain? Mungkin kita tak perlu lagi impor kopi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI